Italia vs
Spanyol : Sama kuat!
Italia (3-5-2) :
Buffon ; Bonucci – De Rossi – Chiellini ; Giaccherini – Thiago Motta (Nocerino) – Pirlo – Marchisio – Maggio ; Cassano (Giovinco) – Balotelli
(Di Natale). Pelatih : Cesare Prandelli.
Spanyol (4-6-0)
: Casillas ; Jordi Alba – Pique – Sergio Ramos – Arbeloa ; Busquets – Xavi –
Xabi Alonso – Iniesta – David Silva (Jesus Navas) – Fabregas (Torres). Pelatih :
Vicente Del Bosque.
Dua tim yang
digadang-gadang akan lolos dari grup C, Italia dan Spanyol harus puas berbagi
angka dalam partai pembukaan grup C yang cukup menegangkan. Bermain di Gdansk
Arena Polandia, Gli Azzuri turun dengan formasi 3-5-2 yang pernah dipakai
ketika kalah dalam ujicoba melawan Rusia beberapa waktu lalu. Di sisi Spanyol,
sangat menarik melihat formasi yang diturunkan oleh Vicente Del Bosque, dimana
ia tidak menurunkan penyerang murni dalam formasi ini. Dipercaya Bosque cukup
khawatir dengan dominasi lini tengah Italia dan ingin menandinginya dengan
menurunkan 4 pemain bertahan dan 6
gelandang sekaligus. Alih-alih menurunkan Fernando Torres, Del Bosque malah
menurunkan Cesc Fabregas sebagai ‘ujung tombak dadakan’.
Babak pertama
berjalan cukup alot, dimana terjadi pertempuran yang sengit disektor tengah.
Bayangkan, total ada 11 pemain tengah yang berebut menguasai lini tengah, 5
gelandang dari Italia dan 6 gelandang Spanyol. Alhasil, pertandingan tidak
terlalu terbuka, dimana jarak antar lini berhasil dijaga dengan baik oleh
masing-masing tim. Beberapa peluang gagal yang didapat oleh Cassano, Marchisio,
Thiago Motta, Xavi, Iniesta, David Silva dan Fabregas tidak mampu merubah skor.
Faktor utamanya adalah kedua penjaga gawang yang tampil sangat gemilang dengan
penyelamatan-penyelamatan akrobatik mereka, Buffon di Italia dan Casillas di
Spanyol. Babak pertama berakhir dengan skor kacamata.
Kemeriahan
permainan pun dimulai pada babak kedua. Setelah beradaptasi dengan gaya dan
kecepatan permainan lawan, kedua tim mulai berani bermain terbuka dan saling
menyerang, beberapa kesempatan didapatkan kedua tim namun masih mentah ditangan
penjaga gawang lawan. Adalah Antonio ‘Toto” Di Natale, yang masuk menggantikan Balotelli yang
bermain sangat mengecewakan dan sering membuang-buang peluang, pada menit ke
56, yang pada akhirnya mampu
memecahkan kebuntuan. Menerima umpan terobosan yang sangat baik dari Pirlo,
Toto menceploskan bola melewati Casillas pada menit ke 61 dan merubah skor
sementara menjadi 1-0 untuk Italia.
Tersentak oleh
gol Italia, Spanyol kemudian langsung tancap gas, menciptakan beberapa peluang
yang akhirnya mampu dikonversi menjadi gol oleh Fabregas hanya 3 menit
berselang dari gol Italia. Menerima umpan terukur dari David Silva, Fabregas
menghujam gawang Buffon dengan tendangan datar yang cukup keras. Skor berubah
1-1. Apa yang terjadi kemudian, adalah aksi-aksi menawan dan menegangkan dari
masing-masing tim. Kedua tim saling menyerang berusaha mendapatkan gol
tambahan. Yang tak kalah seru adalah pertarungan sengit antara Jordi Alba
dengan Christian Maggio, keduanya berkali-kali berjibaku dan saling melewati,
membuat pertarungan sayap kedua tim sangat berwarna. Tak kalah menarik adalah
strategi pergantian pemain dari kedua tim. Prandelli mengganti kedua strikernya
dan memasukkan Di Natale serta Giovinco untuk memberikan daya gedor baru di
lini depan. Sedangkan, Del Bosque kembali membuat kejutan saat menarik keluar
dua pemain yang terlibat langsung dalam proses terjadinya gol mereka, David
Silva dan Fabregas dan menggantikannya dengan Jesus Navas dan Fernando Torres.
Tercatat beberapa peluang emas didapatkan oleh Torres saat dua kali berhadapan
langsung dengan Buffon namun tidak mampu dimanfaatkan menjadi gol tambahan.
Spanyol
memenangkan penguasaan bola sebesar 57% berbanding 43%, diikuti 18 tendangan ke
gawang berbanding 10 milik Italia. Statistik operan pun ‘dimenangkan’ oleh
Spanyol yang melakukan 672 operan, berbanding 341 operan yang dilakukan Italia.
Hal ini menunjukkan bahwa Azzuri-lah yang lebih menguasai lapangan,
pemain-pemain La Nazionale berlari 6 km lebih banyak daripada pemain-pemain La
Roja. Menarik menanti bagaimana kiprah keduanya dalam partai-partai ke
depannya. (G.A.S)
Irlandia vs Kroasia : Kroasia
tekuk permainan defensif Irlandia
Pertandingan
yang digelar di Stadion Miejski, Poznan, Polandia ini mempertemukan Irladia
dengan Kroasia. Kedua tim merupakan tim yang kurang diunggulkan di Grup C, yang
memang juga berisikan dua tim besar, Italy dan Spanyol. Namun, hal ini justru
membuat Kroasia dan Irlandia semakin tertantang untuk bisa lolos dalam fase
grup. Irlandia yang dipimpin oleh pemain terbaiknya, Robbie Keane memang tampil
cukup percaya diri menghadapi Kroasia. Namun, babak pertama baru berjalan tiga
menit, penyerang lubang Kroasia , Mario Mandzukic berhasil membuka keunggulan
melalui sundulannya yang terarah. Namun, keunggulan ini tidak bertahan lama,
kepercayaan diri Irlandia pada awal babak pertama berhasil dibuktikan dengan
menyeimbangkan kedudukan pada menit ke-19, lewat sundulan bek sayap Sean St.
Ledger.
Permainan pada awal babak pertama memang sangat sengit. Formasi 4-4-2
Mr.Trap memang rapih dan cukup menyulitkan pertahanan Kroasia lewat serangan
baliknya yang cepat. Dua gelandang sayap Irlandia, Duff dan McGeady terbilang
cukup efektif pada awal pertandingan. Begitu juga dengan dua gelandang bertahan
mereka, Andrews dan Whelan yang memang disesuaikan untuk meredam gelandang
kreatid Kroasia, Luka Modric. Kroasia memang terlihat lebih tenang dalam menguasai
pertandingan, sehingga pada menit ke-43, penyerang Kroasia, Nikica Jelavic
berhasil merobek gawang Given memanfaatkan kemelut di kontak penalti Irlandia.
Babak
kedua berjalan, Kroasia bermain tenang dan berusaha menjaga tempo permainan. Hal
ini dimaksudkan agar permainan Irlandia tidak terbentuk sempurna. Irlandia
memang bermain cenderung defensif, namun Kroasia tetap mewaspadai pemain cepat
seperti Duff dan Jon Walters yang masuk pada baba kedua menggantikan McGeady
yang tidak berkembang permainannya. Baru berjalan empat menit, Mario Mandzukic
kembali merobek gawang Given. Selain karena kecerdasan Luka Modric dalam
membangun serangan, lini pertahanan Irlandia juga cukup mudah ditembus,
khususnya pada sektor kiri. Tertinggal tiga gol, Mr.Trap memasukan tiga
penyerangnya satu per satu, Jon Walters, Shane Long dan Simon Cox. Serangan
irlandia pun semakin deras sehingga sedikit membuat kubu Kroasia khawatir.
Namun, pada akhirnya usaha Irlandia tidak berhasil mengubah kedudukan hingga
akhir babak. Sebagai Man of the Match,
Dua gol Mandzukic dan ditambah satu gol dari Jelavic berhasil membawa Kroasia
meraih poin penuh. Satu pemain yang juga perlu diberi sanjungan adalah Luka
Modric. Banyak serangan yang berasal dari kreasinya, begitu juga dengan
perannya yang bisa membuat supply
bola ke segala sektor berjalan cukup lancar. Kemenangan Kroasia ini membuat mereka
kokoh di puncak klasemen Grup C, setelah pada pertandingan sebelumnya Spanyol
dan Italy hanya mampu bermain imbang, 1-1. (Irv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar