Pages

Rabu, 23 November 2011

The Worst Team & The Wong Tuo

Dear Kaselian,
Karena banyaknya permintaan dari Kaselian untuk menciptakan The Worst Team, atau tim terburuk Piala Dunia, maka Kasela memutuskan untuk meluncurkan The Worst Team versi Kasela. Ukurannya adalah jumlah penampilan, nama besar dan tidak mampu membantu timnya untuk bersinar di Piala Dunia. Sebagai sisipan, Kasela juga menampilkan The Wong Tuo’s, atau tim dengan pemain-pemain tua. Meskipun sudah berumur, mereka mampu memberikan kontribusi bagi tim, dan bahkan ada beberapa yang masih menjadi nyawa tim. Siapa saja mereka? Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela –

The Worst Team
oleh G.A.S

KIPER :

RI MYUNG GUK (KOREA UTARA)
Sebetulnya tidak adil untuk menyalahkan performa Korea Utara dalam Piala Dunia 2010 ini kepada Myung Guk seorang, namun jumlah 13 gol yang masuk ke gawangnya dari 3 pertandingan tentu menjadi catatan yang tidak dapat dikesampingkan. Kebobolan 2 gol oleh Brazil, 7 gol oleh Portugal dan 3 gol oleh Pantai Gading, membuat kiper yang sangat bersinar pada kualifikasi Piala Dunia 2010 zona Asia ini terlihat sangat, sangat buruk.

BEK :

PATRICE EVRA (PERANCIS)
Evra berangkat ke Afrika Selatan dengan sebuah kebanggaan tersendiri, menjadi kapten Perancis! Namun ternyata ketidakcocokan dengan beberapa staf pelatih berpengaruh terhadap penampilannya di atas lapangan. Evra tampil buruk mengawal pertahanan Perancis, sering kehilangan bola dan kemampuan man-marking nya menurun drastis. Psikologis?

JOHN TERRY (INGGRIS)
Sebelum berangkat ke Afrika Selatan, Terry diganggu dengan skandal kehidupan pribadinya, yaitu perselingkuhan dengan mantan istri salah satu mantan rekan setimnya, yang kemudian membuat ban kapten copot dari tangannya. Performa layaknya karang di daerah pertahanan saat membela klubnya membuat banyak yang mengharapkan Terry untuk menjadi penghalau serangan di depan gawang Inggris. Namun apa daya performanya menurun dan tidak mampu menjaga dengan baik zona pertahanan.

FABIO CANNAVARO (ITALIA)
Kapten La Nazionale ini sangat dipercaya oleh Marcello Lippi untuk memimpin lini pertahanan Italia, namun fisik yang sudah dimakan usia membuatnya sering kali kalah berduel dengan pemain-pemain lawan, terutama duel-duel udara. Sebuah kecerobohannya membuat Selandia Baru mampu mencuri gol saat laga kualifikasi grup F.

EMMANUEL EBOUE (PANTAI GADING)
Eboue merupakan salah satu harapan tim Pantai Gading dalam mengawal sisi kanan pertahanan, maklum dirinya sudah malang melintang dalam pertandingan-pertandingan liga Eropa. Namun penampilan Eboue sangat buruk, sering kehilangan bola dan passing yang salah arah. Konsentrasinya jelas menurun dibandingkan saat membela klub. Pantai Gading pun tak mampu lolos ke babak selanjutnya.

GELANDANG :

DEJAN STANKOVIC (SERBIA)
Pemain yang membela Intermilan ini sudah tak perlu diragukan lagi pengalaman dan skill individual terutama umpan-umpan terukurnya. Namun sayang, disaat tim benar-benar membutuhkan kemenangan untuk dapat lolos dari grup D melawan Australia, Stankovic sebagai kapten tidak dapat mengangkat performa timnya dan malah kalah 1-2. Dibandingkan dengan nama besarnya, permainannya tergolong buruk dalam Piala Dunia 2010 kali ini.

LUKMAN HARUNA (NIGERIA)
Salah satu rising star Nigeria ini digadang-gadang akan menjadi kandidat salah satu pemain terbaik Piala Dunia 2010. Membela klub AS Monaco, Lukman Haruna terlihat membawa beban yang diberikan dunia atas skill individualnya, akibatnya permainannya cenderung monoton dan grogi. Bermain dua kali dalam pertandingan grup B, Haruna tidak mampu mengeluarkan penampilan terbaiknya.

GEORGIOS KARAGOUNIS (YUNANI)
Kapten, ikon dan nomor 10 Yunani ini seperti hilang ditelan bumi. Setelah performa briliannya dalam membawa Yunani menjadi juara Eropa 2004, Karagounis seperti tidak mampu lagi untuk mengulangi atau minimal mendekati performa sebelumnya. Penampilan Karagounis di fase grup B tak mampu menolong Yunani untuk lolos dari grup. Sebagai seorang pengatur lini tengah, ia tenggelam diantara lawan-lawannya.

PENYERANG :

WAYNE ROONEY (INGGRIS)
Nama ini diprediksi akan meledak di Afrika Selatan, dengan modal sebagai salah satu topskorer Liga Inggris. Rooney telah berulang kali mencetak gol ke gawang tim-tim besar dalam penampilannya bersama MU, namun saat Piala Dunia 2010, ia seperti lupa bagaimana cara melakukannya. Selalu bermain dalam 4 kali penampilan tim Inggris, Rooney tidak mencetak satu gol pun dan lebih sibuk berlari-lari saja. Benar-benar jauh sekali dari apa yang diharapkan.

SAMUEL ETO’O (KAMERUN)
Ia membantu klubnya mencetak triple musim lalu, namun Eto’o sama sekali tidak bersinar di Afrika Selatan. Hanya mencetak dua gol, salah satunya melalui titik penalti, Etoo tidak memberikan kontribusi berarti bagi Kamerun. Kita semua dibuat lupa bahwa dirinya adalah salah satu striker berbahaya Eropa dan berkali-kali membantu klubnya untuk merebut gelar, namun sayang Piala Dunia tidak termasuk dalam spesialisasinya.

NICOLAS ANELKA (PERANCIS)
Nama terakhir ini cukup kontroversial selama berada di Afrika Selatan, setelah sebelumnya memang dikenal sebagai the bad boy. Terlepas dari konflik yang terjadi antara dirinya dengan pelatih Raymond Domenech, penampilan Anelka sungguh jauh dari standar. Tidak mencetak gol dalam dua penampilannya dan malah memberikan masalah bagi timnas Perancis.

The Wong Tuo’s
oleh G.A.S

KIPER :

DAVID JAMES (INGGRIS, 40 tahun)
Pemain tertua yang bermain dalam Piala Dunia 2010, James merupakan kiper langganan The Three Lions. Meskipun usianya sudah cocok untuk pensiun dan memulai usaha toko kelontong, James tetap dipercaya oleh Capello. Pemain dengan caps Internasional sebanyak 53 kali ini, bermain 3 kali dan kebobolan 5 gol.

BEK :

ANDRE OOIJER (BELANDA, 36 tahun)
Bek ini sudah 55 kali melang melintang dalam timnas Belanda dan menorehkan 3 gol. Bermain satu kali di Piala Dunia 2010 saat menggantikan Joris Mathijsen yang cidera, Ooijer tampil gemilang saat membantu timnya memulangkan Brazil di babak perempat final.

SCOTT CHIPPERFIELD (AUSTRALIA, 35 tahun)
Chipperfield selalu bermain membela Socceroos dalam fase grup D, 183 menit dan tidak mengoleksi satu kartu kuning pun, sebuah pencapaian yang cukup baik untuk seorang pemain bertahan. Pemain yang membela klub Basel (Swiss) ini, tercatat 68 kali membela timnas dan membukukan 12 gol sepanjang karirnya.

DENIS CANIZA (PARAGUAY, 36 tahun)
Caniza bermain satu kali selama 90 menit pada Piala Dunia kali ini. Ia sendiri telah mencetak 99 caps internasional dan satu gol. Pemain yang merumput bersama klub Leon (Meksiko) ini, mencetak rekor pribadi sebagai pemain Paraguay pertama yang bermain dalam empat Piala Dunia yang berbeda. Ia menjalani debutnya pada tahun 1996, kemudian masuk skuad utama di Perancis 1998, Korea-Jepang 2002, dan Jerman 2006.

RIGOBERT SONG (KAMERUN, 34 tahun)
Salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Kamerun, Song menjadi salah satu panutan bagi para pemain muda di timnas. Sama seperti Caniza, Song pun mencatatkan diri sebagai salah satu pemain yang telah bermain di empat Piala Dunia yang berbeda. Pemain yang bermain di liga Turki bersama Trabzonspor ini mencatat 137 pertandingan internasional dengan catatan 4 gol.

GELANDANG :

JUAN SEBASTIAN VERON (ARGENTINA, 35 tahun)
Di usianya yan ke 35, Veron seperti terlahir kembali, ia membawa klubnya Estudiantes menjuarai piala Libertadores tahun lalu dan berhasil terpilih sebagai Pemain terbaik Amerika Selatan dua tahun berturut-turut. Hal inilah yang menarik perhatian Maradona untuk memboyongnya ke dalam skuad Albiceleste. Bermain 3 kali di Piala Dunia 2010, Veron mengemas 73 caps internasional dan 9 gol.

MARTIN JORGENSEN (DENMARK, 35 tahun)
Orang-orang mungkin masih akan mengenang Jorgensen sebagai salah satu talenta muda berbakat milik timnas Denmark. Piala Dunia pertamanya adalah pada tahun 1998, dan pada 2010 ini, dia muncul lagi memperkuat tim dinamit. Sebuah catatan yang luar biasa bagi pemain yang telah memperkuat timnas sebanyak 99 kali dengan 12 gol ini. Jorgensen masih diandalkan untuk membela timnas dan klub Fiorentina.

SIMON ELLIOT (SELANDIA BARU, 36 tahun)
Ia merupakan pemimpin lapangan tengah Selandia Baru yang sangat diandalkan oleh pelatih Ricki Herbert. Elliot mengemas 66 caps internasional dengan 6 gol, uniknya Elliot saat ini tidak memperkuat klub manapun, ia hanya memperkuat timnas dengan rekomendasi dari pelatih Ricki Herbert. Tidak banyak pemain di dunia ini yang mampu masuk timnas tanpa memperkuat sebuah klub.

BLAISE N’KUFO (SWISS, 35 tahun)
Pemain yang memiliki darah Congo ini merupakan salah satu andalan Swiss di lini depan. Meskipun tidak mencetak gol, pemain ini selalu tampil dalam setiap pertandingan Swiss di fase grup H, sebuah bukti bahwa Ottmar Hitzfield tidak mampu memalingkan muka dari striker Twente, yang telah mengemas 7 gol internasional dalam 34 kali penampilannya.

PENYERANG :

CUAUHTEMOC BLANCO (MEKSIKO, 37 tahun)
Penyerang Meksiko ini merupakan salah satu pesepakbola terbaik Meksiko dalam rentang waktu 20 tahun terakhir ini. Mengemas 39 gol dalam 118 penampilan bersama El tricolor, pemain ini sempat mendapat perhatian publik saat melakukan lompatan kelinci dengan mengapit bola diantara dua kakinya. Blanco merupakan salah satu striker termaut yang pernah dimiliki oleh Meksiko, dalam Piala Dunia ini dia mengemas satu gol dari 3 penampilan selama 112 menit.

MARTIN PALERMO (ARGENTINA, 37 tahun)
Palermo merupakan orang yang paling berperan membawa Argentina ke Afrika Selatan. Maklum masa transisi pergantian pelatih ke Maradona membuat tim tango tampil buruk di babak kualifikasi zona Amerika Selatan. Adalah gol tunggal Palermo pada akhir pertandingan yang memastikan Argentina dapat melaju ke Afsel. Palermo bermain satu kali saat melawan Yunani dan mencetak satu gol untuk melengkapi koleksi 9 gol internasionalnya. 

The Dream Team and Best Goals

Dear Kaselian,
Piala Dunia telah berakhir namun hingar bingarnya masih terasa sampai sekarang, Kasela akan mencoba mengikuti keramaian tersebut dengan membuat beberapa penghargaan untuk individual yang akan terangkum dalam tim impian dan gol terbaik versi Kasela. Tentu saja Kaselian tidak selalu sependapat dengan pilihan Kasela, namun Kasela sendiri memiliki beberapa kriteria sebelum memutuskan, dan percayalah hal ini dilakukan karena semata-mata Kasela ingin tampil berbeda dengan penilaian dan perspektif yang tidak ‘mainstream’. Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela –

Dream Team Kasela 1
oleh Irvan Ridwansyah

Formasi : 4-2-1-2-1
Untuk posisi kiper saya memilih Iker Casillas (29). Pemain yang meraih Golden Glove World Cup 2010 ini memang sangat tenang dalam menjaga gawang. Hanya kemasukan dua gol dalam total 26 shots on goal, plus satu kali menggagalkan tendangan penalti lawan. dari tujuh pertandingan yang dimainkan adalah bukti kematangan Casillas.

Untuk lini pertahanan saya mempercayakan kepada Diego Lugano (30) untuk memimpin partnernya yaitu bek muda Denmark, Simon Kjaer (21). Lugano merupakan pemain yang sangat disiplin dan bernyali dalam duel maupun tackling, begitu juga dengan Jorge Fucile (26) yang saya tempatkan di sisi kanan. Fucile pemain yang bisa bermain bagus baik di kiri maupun kanan. Meskipun bukan pemain yang bertipe wing back, Fucile adalah tipe full back terbaik yang saya pernah lihat. Ia pun sengaja saya pilih demi harmonisasi lini pertahanan karena pada sisi kiri saya tempatkan Nadir Belhadj (28). Wing back Aljazair inilah yang akan lebih sering membantu serangan tim lewat kecepatan dan staminanya. Pemain ini giat naik-turun dan melakukan crossing yang melengkung indah. Sedangkan Kjaer adalah tipe bek yang
kokoh dan cukup disiplin dalam menjaga stabilitas lini pertahanan.

Kemudian dua gelandang yang berfungsi untuk menahan gempuran lawan dan menggangu kosentrasi lawan dalam membangun serangan adalah Daniele De Rossi (27) dan Diego Perez (30). Kedua pemain ini akan bertugas untuk menstabilkan lini tengah dengan staminannya yang tak kenal lelah. Kemudian, lini tengah juga dihiasi oleh umpan cantik dari Wesley Sneijder (26). Pemain ini diharapkan mampu membawa alur serangan tim jadi lebih efektif.

Untuk lini depan, saya menempatkan Keisuke Honda (24). Pemain penting Jepang ini mempunyai tehnik yang baik dalam mengolah bola. Tendangannya pun keras dan positioning-nya di daerah musuh sangat baik. Honda akan disuport oleh Diego Forlan (31) dan Giovanni Dos Dantos.(23). Forlan akan lebih banyak memberikan umpan matang kepada Honda, sedangkan Dos Santos akan bertugas untuk menghancurkan keseimbangan pertahanan lawan lewat aksi briliannya di sisi kiri.

Untuk tim ini, saya sengaja memasukan satu pemain yang cukup umur alias sudah matang di setiap lini. Lugano akan bermain sebagai kapten tim dan bertugas mengomandoi lini pertahanan. Sedangkan di lini tengah, Perez akan membimbing De Rossi. Kedua pemain ini mempunyai visi bermain yang mirip, jadi kemungkinan tingkat adaptasinya pun jadi lebih mudah. Kemudian di sektor depan ada Diego Forlan yang mungkin bisa menenangkan rekan-rekannya apabila tim dalam situasi tertekan. Saya terpaksa tidak memasukkan Thomas Muller, wonderkid player karena saya khawatir Muller hanya bisa bermain baik bersama rekan-rekan di tim Jerman U-21, seperti Ozil, Khedira, Podolski, Scwheinsteiger. Dari tim ini, saya lebih menekankan harmonisasi tim dan kedisiplinan dalam menjaga keseimbangan tim. Kemudian pola permainan cenderung tidak terlalu fokus untuk menguasai bola, tapi serangan yang efektif lebih dibutuhkan. Oleh karena itu, saya memasukkan dua gelandang Gladiator, De Rossi dan Diego Perez. Sekian tim impian saya ini, semoga para Kaselian bisa memberikan tanggapan yang berarti. (Irv)

Dream Team Kasela 2
oleh G.A.S

Formasi : 4-2-3-1
Pilihan saya untuk penjaga gawang jatuh pada Vincent Enyeama (Nigeria), dengan fakta bahwa ia adalah satu-satunya pemain Nigeria yang tampil baik dalam Piala Dunia. Meskipun tidak didukung oleh bek-bek yang cakap, Enyeama sangat solid dibawah mistar dan membantu Nigeria untuk tidak kebobolan banyak dengan penyelamatan demi penyelamatan yang mengundang decak kagum. Apabila kiper Maccabi Tel-Aviv ini didukung oleh duet bek yang baik, bukan tidak mungkin ia yang akan merebut golden glove.

Lini Pertahanan akan dikawal oleh duet Antolin Alcaraz (Paraguay) dan Joris Mathijsen (Belanda), kedua bek berpengalaman ini niscaya akan menjadikan sektor pertahanan sangat tangguh. Keduanya cepat, konsisten, dibekali dengan skill man marking yang sempurna dan sangat baik dalam bola-bola atas, plus salah satu dari keduanya sering maju untuk mencetak gol melalui tendangan bebas atau tendangan penjuru,Alcaraz dan Mathijsen masuk dalam 5 besar bek dengan top defending sepanjang turnamen. Di sisi kanan Sergio Ramos (Spanyol) akan memastikan bahwa tidak akan ada serangan berarti yang akan menghantam sisi kanan pertahanan. Kuat, skill udara yang baik, rajin membantu serangan, dan cepat untuk mengkover lini pertahanan membuat pemain yang membuat debut internasionalnya pada tahun 2005 ini dapat diandalkan untuk menjaga sisi kanan pertahanan. Sangat sulit untuk melewati pos kanan yang ia jaga, tanyakan pada penyerang-penyerang Jerman dan Belanda yang sukses dibuat mati kutu oleh dirinya. Di kiri, wonderkid Fabio Coentrao (Portugal) akan hadir disana untuk memberikan tekanan kepada para penyerang lawan yang ingin mengacak-acak sisi kiri pertahanan. Ia pun rajin untuk membantu serangan, kecepatan dan penetrasinya membuat orang lupa pada Ashley Cole atau Roberto Carlos, ia pun cepat dalam mengkover serangan balik yang dilakukan lawan. Meskipun skill man-markingnya masih harus diasah, akan tetapi dengan usia yang masih sangat muda, masa depan yang cerah akan dijalani oleh bek dengan tinggi 181 cm ini.

Duet lini tengah akan menjadi sangat dinamis dengan hadirnya Siphiwe Tshabalala (Afrika Selatan) dan Xavi (Spanyol). Tshabalala yang posisi aslinya adalah seorang sayap murni, namun pemain yang memperkuat Kaiser Chief ini dipasang oleh pelatih Pareira agak ke tengah untuk memperkuat barisan gelandang, dan terbukti ia cukup baik memerankan posisi barunya tersebut. Bertenaga, cepat dan berkarakter, itulah tipe permainan Tshabalala, ia dapat membantu serangan sama baiknya dengan membantu pertahanan. Gol pembuka PD 2010 lahir dari kecepatan, kecerdikannya membaca serangan balik dan tendangan kerasnya. Ia cocok untuk mengisi pos lini tengah dan berperan sebagai gelandang perebut bola. Sementara Xavi akan menjadi tulang punggung keluarga, eh maksud saya tulang punggung lini tengah. Jenderal di lini tengah, metronome tim dan pengumpan yang handal adalah semua yang bisa Xavi tawarkan dalam tim ini. Dengan visi membaca permainan yang gemilang, ia mengatur tempo penyerangan, memberi komando di lini tengah dan memutuskan siapa yang akan memulai serangan melalui umpan-umpannya. Tidak diragukan lagi, Xavi adalah salah satu gelandang terhebat dunia.

Pos gelandang serang akan ditempati oleh Mesut Oezil (Jerman), Simone Pepe (Italia) dan Edinson Cavani (Uruguay). Oezil akan berdiri tepat dibelakang penyerang, namun ia bisa berada dimana-mana saat tim sedang menyerang. Skill dribbling, penguasaan bola, kecepatan dan umpan akuratnya membuat ia menjadi seorang gelandang serang yang lengkap. Ia pun tidak egois dan selalu melihat apabila ada rekan lain yang posisinya lebih bebas dibandingkan dirinya. Oezil cocok mengisi lini tengah tim manapun, ia tidak akan berhenti bergerak mencari ruang kosong untuk kemudian menciptakan ruang kosong lain untuk rekan-rekannya. Di sisi kanan Simone Pepe akan menjadi mimpi buruk para bek lawan. Memang performa Italia tahun ini jauh dari harapan, namun Pepe adalah salah satu dari sedikit pemain Italia yang tampil baik di turnamen ini. Pepe rajin sekali menyisir sayap, kadang dia berada dikiri dan kadang ada di kanan, pergerakannya yang luar biasa luas tidak membuat dia malas untuk turun membantu pertahanan. Saya suka gelandang dengan pergerakan luas dan rajin turun menjemput bola atau membantu pertahanan, dan Pepe cocok untuk skema sayap kanan dalam tim ini. Di kiri ada nama Edinson Cavani. Setipe dengan Simone Pepe, Cavani yang aslinya adalah striker murni ini secara mengejutkan dapat dipasang agak melebar. Pergerakan yang luas dan rajin, tipe penyerang yang anda inginkan dalam tim yang mengandalkan kerja sama antar lini. Cavani dibekali dengan skill dribble yang yahud dan finishing yang baik, tinggi badannya bisa dimanfaatkan untuk duel-duel bola atas apabila mendapatkan umpan silang dari sayap. Penetrasinya ke dalam kotak penalti akan menarik banyak bek lawan, dan memudahkan tugas rekan lainnya. Dengan adanya Xavi dan Tshabalala mengawal lini tengah, maka yang anda inginkan adalah tiga orang gelandang serang dengan skill dribble dan kecepatan tinggi untuk menterjemahkan umpan-umpan matang dari tengah, dan ketiga gelandang serang ini cocok untuk itu.

Lini depan akan saya serahkan pada Asamoah Gyan (Ghana), penyerang berkarakter Fighter yang tidak akan pernah menyerah berjuang di depan meskipun sendirian. Cepat, kuat, determinasi tinggi khas Afrika, dribble yang baik, atas membuat Gyan menjadi seorang striker lengkap yang tidak manja. Ia akan bergerak kemanapun untuk mencari bola dan kemudian menciptakan prahara di kotak penalti lawan. Akurasi tendangan yang baik, dan kuat dalam bola-bola atas membuat bek lawan harus menjaganya dengan ekstra hati-hati, karena apabila lengah sedikit, Gyan akan menghukum pertahanan lawan. (g.a.s)

Gol Terbaik Piala Dunia 2010 versi KASELA
Parade gol-gol terbaik sudah pasti menjadi sebuah tontonan tersendiri bagi para penggemar sepakbola, Kasela mencoba merangkum gol-gol indah tersebut menjadi lima gol terbaik sepanjang turnamen. Kualitas Individu jelas adalah faktor utama dalam penilaian ini, namun kerja sama tim tentu tidak dapat dipisahkan dari terjadinya sebuah gol. Berikut gol terbaik versi Kasela.

1. Diego Forlan (Uruguay vs Jerman, perebutan tempat ketiga 10 July 2010)
Melihat Maximiliano Pereira sedang menyayat sayap kanan pertahanan Jerman, Forlan dengan cerdik tidak masuk ke kotak penalty, ia membuka ruang untuk dirinya sendiri dan membuat Pereira melihat dirinya yang berdiri bebas di pinggir kotak penalti Jerman. Pereira mengirimkan sebuah umpan lambung yang sangat lezat, untuk kemudian dituntaskan oleh Forlan dengan sebuah tendangan first time kaki kanan yang memantul ke tanah dan menipu kiper Butt. Sebuah kerja sama yang apik dilengkapi dengan skill finishing yang luar biasa dari Forlan.

Getty Images

2. Fabio Quagliarella (Italia vs Slovakia, babak kualifikasi grup F 24 Juni 2010)
Italia sedang mengurung pertahanan Slovakia, De Rossi mencoba merengsek maju dan melepaskan tendangan keras, namun dapat diblok oleh bek Slovakia, bola menjadi liar dan De Rossi mencoba merebutnya kembali dengan sebuah sliding tackle, bola menghampiri Fabio Quagliarella. Satu detik adalah waktu yang ia butuhkan untuk melihat posisi kiper yang agak maju, untuk kemudian melepaskan sebuah tembakan chip yang tak bisa dijangkau oleh Jan Mucha. Sebuah gol yang sangat berkualitas!

Getty Images

3. Luis Suarez (Uruguay vs Korea Selatan, babak 16 besar 27 Juni 2010)
Berawal dari sebuah tendangan penjuru, bola berhasil disundul keluar kotak penalti oleh bek Korsel, namun bola tersebut menghampiri Nicolas Lodeiro yang berdiri diluar kotak. Dengan satu sentuhan, Lodeiro menyundul bola kea rah Suarez yang berdiri bebas. Melihat Suarez berdiri bebas, dua bek Korsel langsung melakukan marking dan menghalangi pandangan Suarez ke arah gawang. Namun Suarez lebih cerdik, ia melakukan dua kali sentuhan untuk membawa bola lebih ke tengah agar mendapatkan gambaran gawang Korsel. Sebuah tendangan melengkung yang sangat indah masuk menghujam gawang Korsel. Melihat kualitas teknik dan cuaca yang hujan deras pada saat itu, gol Suarez adalah sebuah masterpiece!

Getty Images

4. Carlos Tevez (Argentina vs Meksiko, babak 16 besar 27 Juni 2010)
Sebuah serangan balik dari Argentina, Tevez membawa bola dan mendapatkan pengawalan yang ketat dari duet bek Meksiko. Tevez mencoba mengirimkan umpan terobosan melewati kaki para bek kepada Higuain yang berdiri agak bebas, namun bola umpan tersebut mengenai kaki bek Meksiko dan bola kembali ke kaki Tevez. Sadar bahwa kedua bek tersebut tidak akan melepaskan pengawalannya, Tevez merengsek ke kanan dan melihat celah di sisi kiri gawang Meksiko. Sebuah drive keras, melengkung dan terarah dihujamkannya ke kiri atas gawang Meksiko. Tekhnik individual dan kengototan Tevez yang berhasil membawa gol ini termasuk dalam salah satu yang terbaik.

Getty Images

5. Lukasz Podolski (Jerman vs Inggris, babak 16 besar 27 Juni 2010)
Gol ini terpilih bukan karena kualitas individual para pemainnya, melainkan karena kerja sama yang indah dan luar biasa oleh para pemain Jerman. Berawal dari sebuah serangan balik yang cepat dan terencana, Mueller mengirimkan kepada Oezil yang meneruskannya kepada Klose yang berdiri bebas di sisi kiri pertahanan Inggris, Klose mengirimkan umpan dengan satu sentuhan kepada Mueller yang trnyata terus berlari ke tengah. Melihat Mueller berlari dengan bola masuk ke dalam kotak penalty, bek-bek Inggris langsung menempelnya, namun sekilas Mueller melihat Podolski masuk kotak penalti dari sisi kanan pertahan Inggris, dengan cerdik Mueller mengirimkan umpan lambung ke arah Podolski yang berdiri bebas, David James maju untuk mempersempit ruang tembak, namun dari sudut sempit dengan tenang Podolski mengeksekusi bola melewati dua kaki James dan Jabulani menghujam gawang Inggris. Sebuah serangan balik yang sangat indah dan mematikan!

Getty Images

Bagaimana para Kaselian? silahkan memberikan tanggapan atau mungkin Kaselian memiliki skema tersendiri untuk tim impian dan gol terbaik, jangan ragu untuk memberikan komentar anda!

The Rising Star

Dear Kaselian,
Pada Piala Dunia 2010 ini, sepak terjang para pemain muda berbakat kerap menjadi sorotan kita, menarik melihat bagaimana perjalanan mereka paska Piala Dunia. Dan kali ini Kasela akan mengajak anda melihat para pemain muda yang siap bersinar dan menjadi incaran klub-klub besar versi Kasela. Siapa saja mereka? Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela -

The Rising Stars
oleh g.a.s

Andre AYEW (20 thn, GHANA) – Attacking Midfielder Right
Meskipun masih jauh untuk melampaui prestasi sang ayahanda, Abedi Pele, Andre Ayew telah memulainya sejak usianya masih sangat belia. Ia adalah Kapten timnas muda Ghana saat menjuarai PD U-20 tahun lalu. Pergerakan pemain yang bermain untuk Marseille ini sangat mengagumkan, ia cepat, kuat dan visioner. Bermain empat kali di PD 2010, melakukan 5 tendangan ke gawang, 14 kali crossing dan melakukan 213 passing, Ayew sangat menarik perhatian para penggila bola setiap kali ia bermain. Sayang akumulasi kartu yang diterimanya di babak 16 besar, membuatnya absen saat dikalahkan Uruguay. Pemain yang akrab disapa ‘Dede’ ini, telah memperkuat timnas sebanyak 25 kali dan mengemas 1 gol. Saat ini ia sedang menjalani masa peminjaman di klub Arles Avignon, rasanya melihat performa Dede, Marseille akan segera menariknya kembali.

Edison CAVANI (23 thn, URUGUAY) – Striker
Cavani adalah salah satu bintang harapan masa depan Uruguay dengan skill yang maut, satu golnya ke gawang Jerman saat perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2010 lalu, membuktikan betapa berbahayanya dirinya di dalam kotak penalti. Ia adalah seorang goal-scorer sejati, namun di Piala Dunia 2010 ia dipasang agak melebar oleh Tabarez untuk melengkapi tridente dengan Forlan dan Suarez, pemain dengan tinggi 188 cm ini melakukan tugasnya dengan sangat baik. Ia rajin sekali turun ke bawah membantu pertahanan dan menjemput bola, tipe striker rajin yang anda inginkan dalam klub kesayangan anda. Bermain di Palermo, Italia, Cavani melakoni debut internasionalnya pada bulan Februari 2008 saat melawan Kolombia. Pemain dengan caps 20 pertandingan internasional dan 3 gol ini, menarik perhatian pertama kali saat memperkuat tim Uruguay U-20 di kualifikasi Piala Dunia U-20 zona Amerika Selatan, dan berhasil menjadi topskorer dengan 7 gol dari 9 pertandingan dan membawa Uruguay berlaga di Piala Dunia U-20 Canada 2007. Intermilan dan Man.City dikabarkan ngotot ingin memboyong Cavani, namun Palermo tidak akan melepas Cavani dengan harga yang murah.

Fabio COENTRAO (22 thn, PORTUGAL) – Left Wing Back
Namanya mulai dikenal saat membela Portugal menghadapi Bosnia pada November 2009 lalu, sejak saat itu ia selalu dibawa oleh Carlos Quieroz dalam tim Selecao. Bermain untuk Benfica, pemain dengan tinggi 181 cm ini memiliki skill diatas rata-rata, cepat, tangguh dan terutama rajin membantu serangan dengan umpan-umpan crossingnya. Ia selalu bermain selama PD 2010 berlangsung, tercatat 7 kali tackling bersih dan 9 kali clearences nya membantu Portugal sampai ke babak 16 besar. Jose Mourinho dipercaya telah memasukkan namanya dalam daftar belanja pemain Real Madrid musim ini, Benfica tentu tidak akan melepas aset berharganya ini dengan harga murah.

Angel DI MARIA (22 thn, ARGENTINA) – Attacking Midfielder Left
Pemain ini selalu menjadi pilihan utama Maradona di starting line up mengawal sisi kiri serangan tim Tango. Skill dribbling yang mumpuni dan umpan yang akurat membuat pemain muda yang kini membela Benfica ini menjadi salah satu pemain muda harapan Argentina. Adalah Olimpiade Beijing 2008 yang membuat Maradona sangat tertarik melihat permainannya, Di Maria mencetak dua gol krusial di ajang tersebut, yaitu di babak perempat final melawan Belanda dan di final saat mengalahkan Nigeria. Bermain 5 kali di Piala Dunia 2010, dengan total 9 tembakan ke gawang dan 178 pass, membuat Di Maria diincar oleh Real Madrid. Jose Mourinho kabarnya rela melepas beberapa pemain bintangnya demi menyediakan satu tempat di sektor kiri untuk Di Maria.

Javier HERNANDEZ (21 thn, MEXICO) – Striker
Javier Hernandez adalah salah satu rising star Mexico di Piala Dunia 2010, dengan kecepatan diatas rata-rata, akurasi tendangan yang baik dan skill udara yang impresif meskipun hanya dengan tinggi 1.75 m. Pemain dengan caps internasional sebanyak 16 kali dan 9 gol ini, mencetak empat gol di empat pertandingan pertamanya bersama Mexico. Tidak heran Sir Alex Ferguson pada April lalu memboyongnya ke Inggris untuk memperkuat barisan penyerangnya. Hernandez tampil empat kali, bermain selama 169 menit, 7 tembakan ke gawang dan 2 gol untuk Mexico ke gawang Perancis dan Argentina. Kita nantikan bagaimana nanti aksinya di Liga Premier Inggris bersama MU.

JONATHAN Mensah (20 thn, GHANA) – Central Defender
Ia adalah salah satu pemain yang ikut membawa Ghana menjadi juara dalam Piala Dunia U-20 tahun lalu. Karirnya cepat meroket setelah itu, ia dipercaya menjadi salah satu pemain dalam skuad The Black Stars senior di PD 2010 ini. 4 tackling bersih dan 4 kali clearence dicatat olehnya, untuk membawa Ghana sampai ke babak perempat final, sayang akumulasi kartu membuatnya harus absen saat dikalahkan oleh Uruguay. Namun, karirnya jelas masih sangat panjang dan ia masih memiliki banyak kesempatan untuk berkembang dan membuktikan kapasitasnya. Pemain yang berkembang bersama klub Afrika Selatan, Free State Stars ini, telah dipinang oleh Udinese pada akhir musim lalu. Menarik menantikan kiprahnya di Serie A nanti, sebuah liga yang mengutamakan pertahanan.

Mesut OEZIL (21 thn, JERMAN) – Attacking Midfielder Center
Ada alasan mengapa klub Werder Bremen berani melepas pemain penting seperti Diego ke Juventus pada musim lalu, dan ternyata alasan itu adalah karena ada Mesut Oezil!. Pemain dengan tinggi 182 cm ini memiliki skill individual di atas rata-rata, kecepatan, dribbling yang baik dan visi seorang pengatur serangan. Selalu bermain di Piala Dunia 2010, Oezil menciptakan 1 gol, melesatkan 10 tendangan ke gawang dan 330 passing. Pemain yang juga berdarah Turki ini melakukan debut internasionalnya pada bulan Februari 2009 saat melawan Norwegia. Barcelona, Arsenal, Bayern Muenchen dan Real Madrid dikabarkan tertarik memboyong pemain yang disebut oleh Joachim Loew sebagai “A gift for German football” ini. Gol tunggal Oezil ke gawang Ghana masuk dalam nominasi gol terbaik Piala Dunia 2010.

Nicolas OTAMENDI (22 thn, ARGENTINA) – Central Defender
Otamendi adalah produk sekolah sepakbola Velez Sarsfield di Argentina, memiliki kekuatan dan skill man-marking yang luar biasa. Ia tampil tiga kali di Piala Dunia 2010 dan selalu dipasang sebagai bek kanan oleh Maradona. Pemain yang memulai debut internasionalnya pada bulan Mei 2009 saat kontra Panama ini, berandil besar membawa klubnya Velez menjuarai Clausura liga Argentina 2009 dan terpilih dalam 2009 South American All Star XI oleh harian Uruguay, El Pais. Sebelum tampil di Afrika Selatan, Otamendi dikabarkan telah masuk dalam shopping list para klub raksasa Eropa salah satunya adalah Bayern Muenchen dan Intermilan. Dengan kemampuan diatas rata-rata, rasanya tinggal menunggu waktu melihat Otamendi bermain di liga-liga Eropa.

Javier PASTORE (21 thn, ARGENTINA) – Attacking Midfielder Centre
Pemain muda berbakat Argentina ini masuk ke skuad Maradona tanpa pernah tampil satu kali pun di putaran kualifikasi zona Amerika Selatan. Pastore main tiga kali di Piala Dunia 2010 dan selalu masuk sebagai pemain pengganti selama total 36 menit, dengan catatan 2 tendangan ke gawang dan 48 pass. Pemain yang digadang-gadang sebagai The New Riquelme ini menuai banyak pujian karena penampilannya yang menawan. Pemain yang lahir pada tanggal 20 Juni ini, memiliki skill dribbling yang tinggi, kemampuan membaca permainan, serta umpan-umpan akurat yang kerap memanjakan penyerang. Pastore berandil membawa Palermo lolos ke kualifikasi Liga Champions Eropa musim lalu, dan saat ini dirinya menjadi incaran klub-klub besar Eropa meskipun sang Presiden klub telah berjanji tidak akan melepaskan Pastore.

Alexis SANCHEZ (21 thn, CILE) – Attacking Midfielder Right
Kalau ada pemain yang akan selalu menjadi pilihan utama di timnas Cile, maka Alexis Sanchez lah orangnya. Bermain untuk Udinese di Italia, Sanchez memiliki kecepatan dan skill dribble yang ciamik. Pergerakan dengan bolanya sulit sekali dihentikan, dan umpan crossingnya pun tak perlu diragukan. Pemain yang telah membela timnas sebanyak 33 kali ini memang tidak mencetak gol dalam PD 2010, namun pergerakannya dalam membuka ruang dan menarik perhatian bek lawan, sangat membantu rekan-rekannya untuk mengancam gawang lawan. MU sudah gatal ingin menariknya ke Old Trafford.

Miroslav STOCH (20 thn, SLOVAKIA) – Attacking Midfielder Left
Pemain muda harapan Slovakia ini mampu menyedot perhatian pada Piala Dunia 2010. Dengan kecepatan tinggi, dribbling yang baik dan insting mencetak gol yang tinggi, Stoch selalu bermain di empat pertandingan Slovakia, dengan mencetak 4 tembakan ke gawang dan 101 pass. Pemain yang memperkuat Chelsea ini musim lalu dipinjamkan ke Twente, dan berhasil membantu Twente merebut gelar juara Belanda. Stoch melakoni debut internasionalnya pada bulan Februari 2009 saat Slovakia berjumpa Ukraina. Dengan penampilannya di grup F, rasanya Carlo Ancelotti akan segera menariknya kembali untuk memperkuat Chelsea musim depan. Stoch tercatat menjalani pertandingan internasional bersama tim senior Slovakia sebanyak 16 kali dan mencetak 1 gol.

Ki SUNG YUENG (21 thn, KOREA SELATAN) – Central Midfielder
Dijuluki sebagai ‘The Korean Gerrard’, Sung Yueng bermain empat kali dan berperan membantu Korsel lolos ke babak 16 besar dengan mencatat 4 tendangan ke gawang dan melepas 183 umpan. Pemain yang telah membukukan 26 caps internasional ini, memiliki kekuatan dan visi membaca permainan yang baik, selain itu ia pun mahir dalam mengambil bola-bola mati. Desember tahun lalu, raksasa Skotlandia, Glasgow Celtic berhasil mendapatkan tanda tangannya, sekaligus membuka lembaran baru dalam karir Sung Yueng yang memang bermimpi untuk bermain di liga Eropa, siapa tau bisa menjadi rekan setim idolanya, Steven Gerrard?

Gregory VAN DER WIEL (22 thn, BELANDA) – Right Wing Back
Bek muda berbakat milik Ajax Amsterdam ini membuktikan kapasitasnya dalam menjaga sisi kanan lini pertahanan Belanda. Pemain berusia 22 tahun ini cepat, tangguh dan memiliki sense of clearence yang baik, ia pun rajin naik membantu serangan dan cepat turun untuk membantu pertahanan. Ia pun memaksa bek senior seperti Khalid Boulahrouz untuk duduk di bangku cadangan. Rasanya setelah PD selesai banyak klub yang akan antri untuk mendapatkan tanda tangannya, Arsenal dan AC Milan sudah menyatakan ketertarikan mereka untuk pemain yang tercatat melakukan 8 kali clearences ini.

The Champion

Dear Kaselian,
Piala Dunia telah berakhir, ditutup dengan sebuah suguhan acara seremoni yang spektakuler dari Afrika Selatan dan juga pesta kemenangan tim Matador Spanyol. Luar biasa memang perjalanan Piala Dunia kali ini, tangis, tawa dan kejutan senantiasa menghiasi setiap laganya. Akan tetapi, meskipun Piala Dunia telah berakhir, Kasela akan terus mengudara dengan catatan-catatan ringan seputar sepakbola.

Felicitaciones Spanyol dan tentu saja, Siyabonga (terima kasih) Afrika Selatan!

- Redaksi Kasela -

Getty Images

Spanyol Juara!
Penantian yang sangat panjang akhirnya dapat diraih oleh Spanyol lewat jalan yang panjang. Trofi piala dunia berhasil dibawa pulang oleh pasukan Del Bosque dan hasil ini membuktikan bahwa generasi emas tim matador mampu mengawinkan dua gelarnya, yakni Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010. Sungguh mengesankan. Spanyol pun berhasil mencatatkan dirinya sebagai juara dunia baru diantara sederetan tim juara lainnya seperti Brazil, Argentina, Italia, Prancis, Inggris, Jerman dan Uruguay.

Soccer City Stadium, Johannesburg menggelar partai terakhir dari Piala Dunia 2010 antara Belanda versus Spanyol. Pertandingan ini menyajikan permainan yang penuh dengan adu strategi dan adu fisik tentunya. Belanda dengan formasi terbaiknya 4-2-3-1 turun dengan komposisi pemain yang komplit. De Jong sudah kembali mengisi lini tengah menemani Van Bommel. Sneijder yang berperan sebagai playmaker berpeluang menjadi topskorer pada laga ini. Robben dan Kuyt tidak ketinggalan untuk menyisir sisi lapangan demi menyuplai bola ke Van Persie. Sedangkan, Spanyol bermain dengan formasi 4-3-2-1 seperti ketika laga melawan Jerman. Torres disimpan di bangku cadangan. Alhasil Villa berada sendiri di lini depan dengan Iniesta dan Pedro membayangi di sisi lapangan. Xavi tetap menjadi pengatur serangan Spanyol.

Jalannya pertandingan cukup alot, seperti di awal babak pertama. Spanyol mendominasi penguasaan bola dan terus berusaha mencari kunci untuk membuka pertahanan Belanda yang ketat dan keras. Spanyol memang bermain rapi dalam membangun serangan, meskipun Belanda bermain keras. Sembilan kartu kuning dan satu kartu merah untuk Belanda, sedangkan lima kartu kuning untuk Spanyol adalah bukti bahwa pertandingan ini memang keras dan bertensi tinggi. Hal ini dikarenakan pola permainan Belanda yang menerapkan pressing super ketat untuk mematikan permainan kaki ke kaki Spanyol. Xavi cs pun harus memutar otak lebih keras. Belanda memang mencoba menggoyang mental pemain Spanyol agar kosentrasinya terganggu sehingga serangan Spayol jadi tidak teratur. Pola ini sebetulnya berhasil diterapkan oleh Belanda. Namun dengan dikeluarkannya heitinga, Belanda malah mendapatkan nasib sial. Beberapa peluang terbaik yang dimiliki Iniesta, Villa dan Xavi masih belum berbuah hasil. Begitu pun juga dengan Belanda, serangan balik yang dimotori oleh Sneijder masih belum dimanfaatkan oleh Robben sebanyak dua kali. Hampir peluang Spanyol dan Belanda berhasil diredam oleh penampilan gemilang kedua kiper, yaitu Casillas dan Stekelenburg. Hanya saja, pada menit ke-116, setelah Heitinga dikeluarkan wasit, pertahanan Belanda sedikit goyang. Dan momen ini dimanfaatkan dengan maksimal oleh Fabregas yang memberi umpan cantik kepada Iniesta yang telah berdiri bebas. Tendangan manis Iniesta pun melesat masuk tanpa ragu ke dalam jala Stekelenburg dan GOLLL!!. Casillas pun menitikkan air matanya tepat ketika gol Iniesta bersarang. Gol Iniesta ini pada akhirnya berhasil menjegal langkah Belanda untuk meraih tropi pertama kali karena hingga peluit akhir dibunyikan tanda extra time telah habis, skor tetap 0-1 untuk keunggulan Spanyol.

Ada beberapa momen unik seputar laga ini, seperti lemparan bola tanda fairplay dari Belanda hampir saja masuk ke gawang Spanyol apabila tidak ditepis Casillas dengan sigap. Kemudian saat pertandingan berlangsung, terlihat sinar laser muncul beberapa detik di tengah lapangan. Ini bukti bahwa kurang ketatnya system keamanan stadion. Padahal sinar laser sudah terbukti mampu membuat pemain jadi hilang kosentrasi dalam bertanding apabila mengenai mata. Satu yang terakhir adalah bahwa ramalan Paul si Gurita tepat 100%. Akhirnya, Piala Dunia telah mengucapkan kata perpisahan kepada dunia dan telah melahirkan satu juara dunia baru, yakni Spanyol. Spanyol berhak menggeser Italy sebagai juara bertahan Piala Dunia tahun 2006. Peringkat kedua jelas berada di tangan Belanda yang gagal merubah julukannya sebagai juara tanpa mahkota. Peringkat ketiga dipegang oleh Jerman dan terakhir ada Uruguay di peringkat ke-empat. Lalu, akankah Piala Dunia 2014 nanti di Brazil, Spanyol mampu mempertahankan gelar juaranya? (Irv)

The Awards
FIFA memberikan beberapa penghargaan yang ditujukan untuk performa individual setiap pemain dalam tim yang dinilai oleh tim ahli yang ditunjuk oleh ahli sepakbola dan FIFA Technical Study Group. Inilah para pemenangnya. (g.a.s)

adidas Golden Ball
Pemain terbaik sepanjang turnamen yang dianugerahi piala adidas Golden Ball adalah striker Uruguay, Diego Forlan. Performanya dalam membantu perjalanan heroik Uruguay untuk menduduki peringkat keempat dunia tentu tidak main-main, torehan 5 gol membuktikan kapasitas dirinya. Ia mampu tampil konsisten memimpin serangan La Celeste dan dapat diandalkan oleh rekan-rekannya, tidak ada yang lebih pantas untuk mendapatkan trofi ini selain dirinya. Forlan mengalahkan Wesley Sneijder (Belanda) dan David Villa (Spanyol), untuk mengikuti jejak Ronaldo (1998), Oliver Kahn (2002), dan Zinedine Zidane (2006). Ia, merupakan pemain Amerika Selatan keempat setelah Maradona, Ronaldo dan Romario yang mengklaim gelar individual paling bergengsi ini.

adidas Golden Boot
Penghargaan untuk pencetak gol terbanyak sepanjang Piala Dunia jatuh ke tangan pemain muda berbakat Jerman, Thomas Mueller. Bersama dengan Wesley Sneijder, David Villa dan Diego Forlan, sebenarnya Mueller juga mencetak 5 gol, namun Bayern Muenchen starlet ini unggul dari segi assist, ia menorehkan 3 assist sementara Villa dan Sneijder hanya satu. Kecepatan dan insting mencetak gol Mueller tak perlu diragukan lagi, dua gol ke gawang Inggris dan masing-masing satu gol ke gawang Australia, Argentina dan Uruguay, membawa Mueller menyamai prestasi rekan setimnya Miroslav Klose (2006), Ronaldo (2002) dan Davor Suker (1998).

adidas Golden Glove
Iker Casillas menyabet gelar kiper terbaik sepanjang turnamen, setelah tampil impresif dan dingin di bawah mistar gawang Spanyol. Setelah tumbang di laga perdana, Casillas tampil solid dan tercatat hanya dua kali kebobolan ketika melawan Swiss dan Chile, salah satu momen terbaiknya adalah saat menahan penalti Oscar Cardozo (Paraguay) di babak perempat final. Kapten Spanyol ini melengkapi gelar juara dunia Spanyol, sekaligus mencatatkan namanya dalam daftar kiper-kiper terbaik dunia bersama Gigi Buffon (2006), Oliver Kahn (2002) dan Fabian Barthez (1998).

Hyundai Best Young Player
Thomas Mueller lagi-lagi mendapatkan gelar individual untuk melipur lara kegagalan tim Jerman menjadi juara dunia. Pemain muda terbaik Piala Dunia 2010 ini mengalahkan Giovanni Dos Santos (Mexico) dan Andre Ayew (Ghana). 5 gol dari 6 penampilan, 3 assist, 241 passing dan 13 tendangan ke gawang, cukup untuk membuktikan kapasitas Mueller dalam turnamen ini. Lukas Podolski (2006), Landon Danovan (2002) dan Michael Owen (1998) adalah para pendahulu Mueller yang menyabet gelar ini.

FINALE!

Dear Kaselian,
Mari kita sambut : PARTAI FINAL PIALA DUNIA 2010!
- Redaksi Kasela –

Partai puncak Piala Dunia 2010 Afrika Selatan akan segera digelar, Soccer City Stadium Johannesburg akan menjadi saksi sejarah munculnya juara dunia baru di tahun 2010. Suasana Eropa akan terasa sangat kental pada pertandingan ini, selain kedua tim yaitu tim oranye Belanda dan tim matador Spanyol, The all-European Final juga akan dipimpin oleh wasit asal Inggris, Howard Webb. Partai final kali ini akan menjadi all-European Final yang ke delapan sepanjang 19 kali penyelenggaraan turnamen Piala Dunia, sang calon juara pun akan menorehkan prestasi tersendiri, karena selama ini tidak ada negara Eropa yang mampu menjadi juara di luar benua mereka sendiri.

Belanda menampilkan performa yang impresif selama PD 2010, dengan enam kemenangan dari enam pertandingan, 12 gol dan kebobolan 5, sedangkan Spanyol menang lima kali dengan mencetak 7 gol dan kebobolan 2 gol. Sementara itu, catatan pertemuan kedua tim lebih memihak Belanda, empat kemenangan dan satu kali seri berbanding tiga kemenangan untuk Spanyol dalam 8 pertemuan. Kecepatan dan visi lini tengah Belanda sudah terbukti kualitasnya, sedangkan Spanyol memperlihatkan kepada dunia bahwa sebuah tim di ajang sekelas Piala Dunia tidak perlu tampil atraktif dan mencetak lusinan gol untuk memenangkan Piala Dunia, terkadang satu gol sudah lebih dari cukup. Ya memang, dalam ajang sebesar ini, permainan efektif adalah kuncinya.

Belanda akan menurunkan skuad intinya, dengan Marten Stekelenburg di bawah mistar, dijaga oleh duet Johhny Heitinga dan Joris Mathijsen, Gio van Bronckhorst, dan kembalinya Gregory van der Wiel setelah absen pada babak semifinal karena akumulasi kartu. Lini tengah akan dikawal oleh Mark Van Bommel dan Nigel De Jong yang juga telah kembali dari akumulasi kartu, sedangkan skema penyerangan akan dipandu oleh Wesley Sneijder dari tengah, Dirk Kuy di kiri dan Arjen Robben di kanan. Robin Van Persie akan menjadi tumpuan utama Bert Van Marwiijk di lini depan. Di sisi lain, Spanyol mempercayakan gawang kepada Iker Casillas, diapit oleh Carlos Puyol, Gerard Pique, Sergio Ramos dan Joan Capdevilla. Pos tengah sepertinya akan diisi oleh line up yang sama saat mengalahkan Jerman di semifinal, Xabi Alonso dan Sergio Busquets akan menjaga kedalaman lini tengah, Pedro Rodriguez mengiris sayap kanan, sementara Andres Iniesta di kiri, dan Xavi Hernandez akan menjadi metronom tim. David Villa akan menjadi ujung tombak serangan, dengan kemungkinan Fernando Torres sebagai alternatif.

Head to head
Casillas yang menjadi kandidat kiper terbaik karena prestasinya baru kebobolan dua gol, akan diuji oleh para penyerang Belanda, terutama Robben dan Sneijder yang sering melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Puyol dan Pique harus rajin melakukan pressing dengan bantuan covering dari Xabi dan Sergio, karena titik terlemah Spanyol akan berada pada Capdevilla yang rasanya akan sulit mengatasi kecepatan Robben di kanan. Sementara Van Bronckhorst dan Van der Wiel harus sering berjaga di seputar kotak penalti karena Iniesta dan Pedro gemar sekali melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti lawan.

Seperti yang sudah-sudah, yang menguasai lini tengah akan menguasai pertandingan. Van Bommel dan De Jong harus sering memberikan gangguan pada Xavi, oleh karena itu Xabi dan Sergio harus memberikan tekanan konstan, dan merapatkan lini tengah dengan lini belakang, sehingga kinerja Xavi untuk mengatur serangan akan menjadi lebih mudah. Pergerakan Robben harus benar-benar diawasi, kemungkinan Capdevilla harus mendapatkan bantuan dari Sergio atau Xabi, dengan catatan Puyol dan Pique tidak boleh terseret dan menjauh dari kotak penalti, karena Sneijder, Van Persie dan Kuyt akan senantiasa menunggu umpan dari Robben. David Villa dan Van Persie akan lebih sering turun ke bawah menjemput bola atau membuka ruang bagi rekan-rekan lainnya. Umpan-umpan jitu akan menghiasi permainan ini dengan kemungkinan dilengkapi dengan serangan-serangan balik yang cepat dan mematikan.

David Villa akan beradu ketajaman dengan Wesley Sneijder, keduanya berada di posisi teratas topskorer sementara dengan 5 gol, bersama dengan Thomas Mueller, Miroslav Klose dan Diego Forlan. Selain memperebutkan Golden Boot, mereka juga masuk dalam nominasi Golden Ball, atau pemain terbaik sepanjang turnamen. Spanyol lebih unggul di tengah, Belanda lebih unggul di depan. Siapa yang akan menjadi juara dunia? kita akan saksikan beberapa jam ke depan. (g.a.s)


Getty Images

Semi Final

Dear Kaselian,
Babak semifinal sudah di depan mata, hegemoni Amerika Selatan yang terjadi pada babak 16 besar, sekarang berganti menjadi hegemoni Eropa di babak semifinal. Satu tim Amerika Selatan akan ‘dikeroyok’ oleh tiga tim Eropa, dimana Uruguay akan bertemu dengan Belanda, sedangkan Jerman akan ditantang oleh Spanyol. Pemenangnya akan langsung menuju final sedangkan untuk yang kalah akan mendapat hadiah konsolasi berupa perebutan tempat ketiga. Bagaimana prediksi pertandingannya? Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela -

Preview Match 1 Babak Semifinal, Uruguay vs Belanda
oleh G.A.S

Green Point Stadium di Cape Town akan membuka laga perdana semifinal yang kalau kita berkaca pada prediksi para ahli maupun penonton, tentu tidak akan pernah diduga. Tapi ini adalah sepakbola, anda bisa membawa sebuah tim amatir yang berisi tukang daging dan penjahit melawan tim nasional sekelas Perancis, dan anda bisa menang! The bottom line : statistik hanyalah statistik, prediksi hanyalah prediksi, it’s the beauty of the game! Uruguay dan Belanda membuktikan penjelasan diatas dengan sebuah kemenangan penting atas Ghana dan Brazil di babak sebelumnya. Pertemuan wakil Amerika Selatan dengan wakil Eropa ini merupakan sebuah pertemuan yang jarang terjadi, tercatat hanya dua kali pertemuan mereka dengan masing-masing membukukan satu kali kemenangan. Pertemuan terakhir mereka adalah di kualifikasi grup PD 1974, dimana gol dari Johhny Rep dan Johann Cryuff mengalahkan Uruguay yang saat itu diperkuat pemain belakang Pablo Forlan, yang merupakan ayah dari striker Diego Forlan. Yang jelas keduanya berhak tampil dibabak semifinal, mengingat konsistensi mereka dalam perjalanan PD kali ini. Untuk Uruguay ini adalah semifinal pertama mereka sejak 40 tahun, terakhir mereka berada disemifinal adalah saat dikalahkan Brazil 3-1 di PD Meksiko 1970, dan finis di peringkat empat. Sedangkan untuk Belanda, ini adalah semifinal keempat mereka setelah tahun 1974, 1978, 1998.

Kedua tim sama-sama ditinggal oleh beberapa pilar pentingnya dalam pertandingan kali ini, Uruguay kehilangan Jorge Fucile dan Luis Suarez karena akumulasi kartu dan kemungkinan kapten Diego Lugano yang cidera. Sedangkan Belanda harus kehilangan Gregory Van der Wiel dan Nigel De Jong karena akumulasi kartu. Oscar Tabarez akan mempercayai gawang La Celeste pada Fernando Muslera, Diego Godin kemungkinan akan berpasangan dengan Victorino, tempat Fucile bisa diisi oleh Martin Caceres, dengan M.Pereira di sebelah kanan pertahanan. Diego Perez akan menjadi holding midfielder bersama dengan Rios, sementara serangan melalui sayap dipercayakan kepada Aurelio Pereira dan Nicolas Lodeiro, sehingga Cavani yang biasa bermain agak melebar bisa kembali ke posisi asalnya di depan untuk mengisi pos Suarez dan berduet dengan Forlan. Di lain pihak, Bert Van Marwiijk tetap akan memasang Stekelenburg di pos kiper, yang akan mendapat perlindungan dari Heitinga dan Ooijer, Joris Mathijsen mungkin sudah bisa dipasang. Kapten Van Bronckhorst akan mengawal sisi kiri pertahanan, sementara tempat Van der Wiel dapat diganti dengan Boulahrouz. Lini tengah seperti biasa akan ditempati oleh Van Bommel yang kali ini mungkin akan berduet dengan Demy De Zeeuw atau Stijn Schaars. Robben di kanan, Kuyt dengan alternatif Van der Vaart di kiri, Sneijder mengatur permainan serta Van Persie di depan akan menggalang serangan Belanda.

Head to head
Fernando Muslera dan Marten Stekelenburg akan menjadi poin penting karena keduanya sering melakukan penyelamatan penting. Diego Godin dan Victorino harus bermain efektif dan konsisten, Caceres dan Pereira pun demikian, tidak perlu melakukan pelanggaran yang tidak perlu terutama untuk pergerakan Robben, karena Sneijder siap menghukum dengan tendangan bebasnya. Sedangkan Heitinga dan Ooijer harus mewaspadai pergerakan Forlan, dan kemungkinan harus menjaga striker tower Cavani, Van bronckhorst dan Boulahrouz harus siap membantu lini pertahanan kapanpun. Duel antara Van Bommel dan Perez di tengah akan menyajikan sebuah pertarungan seru, keduanya holding midfielder andalan tim masing-masing. Sneijder akan merancang serangan dengan memanfaatkan pergerakan Robben yang sulit sekali dihentikan, sedangkan Van Persie harus menentukan sikapnya apakah akan menjadi striker murni atau bermain melebar. Di lain pihak, Aurelio Pereira adalah pemain cepat yang dapat membahayakan sisi pertahanan Belanda, kemudian kalau ada saat yang tepat bagi Nicolas Lodeiro untuk membuktikan kapasitasnya sebagai young gun berbakat, maka ini adalah saatnya, karena ia kemungkinan akan diturunkan sejak menit awal. Tanpa Suarez, tentu berat untuk Uruguay, namun perpaduan Cavani dan Forlan pun sepertinya cukup menjanjikan, karena keduanya rajin sekali bergerak membuka ruang.

Belanda mengukir rekor sempurna 100% di PD 2010 ini, memperpanjang rekor tak terkalahkan mereka menjadi 24 sejak awal tahun 2010, sedangkan Uruguay hanya mengukir satu kali hasil seri saat ditahan Perancis di grup A, dengan sisanya kemenangan. Yang pasti pertarungan keduanya akan sangat menarik untuk dinantikan, siapakah yang akan maju ke final? (G.A.S)


Getty Images

Preview Match 2 Babak Semifinal, Jerman vs Spanyol
oleh G.A.S

Laga kedua semifinal akan mempertemukan dua raksasa Eropa Jerman dan Spanyol. Pertemuan keduanya akan menjadi pertemuan ke 21, dimana Jerman unggul dengan 8 kali kemenangan dan 6 kali seri. Pertemuan terakhir keduanya terjadi dua tahun silam saat Spanyol mengalahkan Jerman di partai final Euro 2008, dengan skor 1-0 dimana Fernando Torres menjadi pencetak gol tunggal di menit ke 33’. Meskipun mayoritas skuad kedua buah tim masih sama dengan saat berlaga di Euro 2008, namun partai kali ini jelas berbeda. Friedrich, Mertesacker, Lahm, Schweinsteiger, Podolski dan Klose adalah para pemain yang memperkuat skuad Jerman 2008, sedangkan Casillas, Puyol, Ramos, Capdevila, Iniesta, Xavi dan Torres di skuad Spanyol 2008. Pertemuan kali ini jelas akan menghadirkan aroma dendam dan gengsi Eropa, dimana Jerman ingin menuntaskan rasa penasarannya, sedangkan Spanyol ingin membuktikan bahwa mereka tetap raja Eropa.

Joachim Loew akan menurunkan formasi andalannya, dengan Manuel Neuer dibawah mistar, ditemani oleh duet bek raksasa Friedrich dan Mertesacker yang akan dikawal oleh Lahm di kanan dan kemungkinan Jerome Boateng di kiri, sementara Lini tengah dikomandoi oleh duet dinamik Schweinsteiger dan Khedira. Sayang sekali Loew harus kehilangan Mueller yang terkena akumulasi kartu, tempatnya kemungkinan akan diisi oleh Trochowski yang akan menggalang serangan bersama Podolski, Ozil dan Klose. Sementara Vicente Del Bosque akan mempercayakan gawang Spanyol pada Casillas, yang akan dilindungi oleh kwartet Puyol, Pique, Ramos dan Capdevilla. Ditengah Xabi Alonso dan Busquets akan mengawal lini tengah Spanyol, sedangkan Xavi dan Iniesta akan diinstruksikan untuk lebih menyerang. Topskorer sementara David Villa (5 gol) dan Fernando Torres akan menjadi penggedor gawang lawan.

Head to head
Dua penjaga gawang Neuer dan Casillas akan beradu kehebatan, dimana masing-masing baru dua kali kebobolan, akan tetapi Neuer unggul dari statistik penyelamatan sebanyak 18 kali, sedangkan Casillas 10 kali. Duet Friedrich dan Mertesacker akan diuji oleh Villa dan terutama Torres yang masih belum mencetak gol dalam Piala Dunia ini. Di lini belakang Spanyol, Puyol yang mulai lamban dan Pique harus berkonsentrasi tinggi mengawal pergerakan Klose, Ozil dan Podolski di kotak penalti. Ramos dan Capdevilla mungkin tidak akan terlalu sering membantu serangan, mengingat Jerman siap menghukum mereka lewat sebuah serangan balik yang ganas. Khusus untuk Ramos, pemain ini berada di peringkat pertama pemain yang paling sering melakukan solo runs dengan total solo run sebanyak 27 kali, di peringkat kedua adalah Lukas Podolski dengan 26 solo runs. Sebuah celah yang bisa dimanfaatkan oleh Podolski yang juga kebetulan berada di sisi yang saling berhadapan dengan Ramos.

Lini tengah akan menjadi pertarungan yang sangat menarik. Tiga punggawa lini tengah Spanyol yaitu Xavi, Xabi Alonso dan Sergio Busquets saat ini memimpin daftar pemain dengan passing terbanyak, dengan jumlah total secara berurutan 464, 406 dan 400 pass, sementara Schweinsteiger berada di tempat keempat dengan 382 pass. Umpan-umpan terukur ke jantung pertahanan lawan serta pressing ketat, niscaya akan menghiasi pertarungan lini tengah ini. Kemudian, mengingat Mueller yang sering muncul dari luar kotak penalti harus absen, maka Ozil rasanya akan menggantikan peran Mueller dalam memberikan kejutan pada lini pertahanan La Furia Roja, Toni Kroos dan Marko Marin bisa menjadi pilihan lain. Xabi Alonso bergantian dengan Busquets harus mematikan pergerakannya. Di lain pihak, Spanyol harus memaksimalkan peran Iniesta dalam menarik perhatian bek lawan melalui pergerakan dengan bolanya, David Silva atau Pedro bisa menjadi alternatif untuk menyayat sayap dengan kecepatan mereka. Duel Klose dengan Puyol atau Pique juga patut dinantikan mengingat kedua bek tersebut juga lihai dalam bola-bola atas yang menjadi salah satu keahlian Klose. 

Apabila bermain seperti melawan Argentina, maka kerjasama Mertesacker, Friedrich, Lahm dan Boateng akan menjadi sebuah demonstrasi ketangguhan lini belakang Jerman yang bermain ala Cattenacio Italia, dimana jarak dengan lini tengah yang diisi oleh Schweini dan Khedira menjadi sangat rapat. Kedisiplinan antar lini ini akan menjadi kunci kemenangan, sementara sebuah counter attack cepat ala Kick & Rush Inggris akan dirancang oleh Schweini, Ozil dan Podolski. Ya, Jerman sukses mengkombinasikan dua pendekatan permainan yang berbeda dan saling mengisi, yaitu Catenaccio dan Kick & Rush. Apabila mereka bisa menjaga stabilitas antar lini, maka Spanyol rasanya akan menghadapi kesulitan. Di sisi yang berbeda, Saya pribadi lebih menyukai komposisi lini tengah dengan Cesc Fabregas didalamnya, dibandingkan dengan Busquets. Pada pertandingan melawan Paraguay, setelah Cesc masuk aliran bola menjadi lebih deras dan serangan pun menjadi terarah, terbukti gol kemenangan terjadi setelah Cesc masuk. Apabila saya Del Bosque maka saya akan memasukkan Cesc dan David Silva/Iniesta untuk menemani Xavi dan Xabi yang akan saya instruksikan untuk menjadi holding midfielder, tapi mari kita lihat strategi apa yang akan diusung oleh Del Bosque. (G.A.S)


Getty Images

Perempat Final (2)

Dear Kaselian,
Babak perempat final rasanya semakin seru saja, partai-partai yang dramatis dan menegangkan terus menggacak-acak emosi kita. Belanda dan Uruguay memastikan diri lolos dan akan saling berhadapan di babak semifinal. Malam nanti giliran duel klasik Jerman dan Argentina, serta Paraguay dan Spanyol, yang akan tampil, seperti apa pertandingannya? Selamat menikmati!

- Redaksi Kasela -

Review Match 1 Babak Perempat final, Belanda vs Brazil
oleh G.A.S



Port Elizabeth menghadirkan sebuah cerita tersendiri bagi para pendukung Belanda, mereka menyaksikan bagaimana tim andalan mereka mengalahkan sang juara lima kali, Brazil. Kedua tim bermain dengan terbuka dan menampilkan skuad andalan masing-masing, Belanda hanya kehilangan Joris Mathijsen yang cidera dan digantikan oleh Andre Ooijer untuk berduet dengan Heitinga di belakang. De jong dan Van Bommel mengawal lini tengah sementara trio Robben-Kuyt-Sneijder mendukung Van Persie dalam skema penyerangan. Brazil pun tampil dengan skuad andalan mereka, kecuali Elano yang mengalami cidera dan digantikan oleh Daniel Alves, sementara Kaka-Robinho-Luis Fabiano menjadi poros serangan tim Samba. Pertandingan berjalan cepat dengan Brazil lebih dahulu menguasai tempo permainan, pada menit ke 10’, sebuah umpan terobosan dari Felipe Melo dengan manisnya melewati para defender Belanda dan menemui Robinho berdiri bebas di depan kotak penalti. Robinho tanpa kesulitan menaklukkan Stekelenburg, 1-0 untuk Brazil. Tersengat oleh gol tersebut, Belanda mulai mengatur serangannya, namun tetap menemui kebuntuan karena Brazil telah menemukan ritme permainan mereka, babak pertama berakhir skor tidak berubah.

Di babak kedua, Belanda turun dengan semangat yang berbeda, ketinggalan satu gol membuat mereka tancap gas dan terus menekan pertahanan Brazil. Hasilnya, sebuah umpan lambung dari Sneijder menimbulkan prahara di depan gawang lawan, Felipe Melo dan Julio Cesar berebut menghalau bola tanpa ada satu pemain Belanda pun yang terlibat dalam aksi tersebut. Bola kemudian menyentuh kepala Melo sebelum akhirnya masuk ke gawang Cesar, 1-1. Ironisnya, ini adalah gol bunuh diri pertama Brazil dalam 97 pertandingan mereka di Piala Dunia selama lebih dari 80 tahun. Mendapatkan gol penyeimbang berarti mendapatkan sebuah semangat baru, Belanda berbalik menguasai tempo dan mendapatkan momentum mereka untuk bangkit dan memberikan perlawanan. Brazil sementara itu, cukup kaget dengan gol tersebut dan tidak mampu bangkit dari tekanan pertandingan, ya momentum sekarang berada di tangan Belanda. Terbukti, sebuah sepak pojok Robben diteruskan dengan sundulan ke belakang oleh Kuyt menemui Sneijder yang berdiri sangat bebas tanpa kawalan. Sneijder kemudian membuat seisi stadion bergemuruh ketika ia berhasil menyundul masuk Jabulani ke gawang rekan seklubnya di Intermilan, yang sekaligus menjadi gol ketiganya di ajang ini, 2-1 untuk Belanda. Brazil yang sudah tertekan sulit untuk menemukan ritmenya kembali, tekanan demi tekanan menghampiri mereka, puncaknya sebuah pelanggaran yang tidak terlalu penting membuat Melo harus diusir dari lapangan. Bermain dengan 10 orang membuat Brazil sulit melakukan perlawanan, skor akhir tidak berubah sampai wasit Nichimura dari Jepang meniup peluit panjang.

Silahkan menyebutnya seperti apa yang anda inginkan, tapi menurut saya pertandingan ini adalah pertandingan mental. Apa pasal? Brazil yang sudah mengantungi gol terlebih dahulu cukup yakin bisa menambah gol sehingga pada saat mereka kebobolan oleh gol bunuh diri Melo, mental para pemain cukup terganggu. Sedangkan disisi lain, Belanda telah menemukan ritme permainan dan semangat melawan, sehingga mereka terus tampil percaya diri menekan pertahanan Brazil. Setelah kebobolan dol kedua, Brazil mengalami shock tambahan, dan puncak runtuhnya mental Brazil adalah saat Melo di kartu merah. Ada satu hal yang saya pelajari saat menonton sepakbola, yaitu dari dukungan ribuan penonton, kamera televisi dan kamera para jurnalis, dll, mental adalah sesuatu yang harus terus dijaga sepanjang pertandingan. Kita tak perlu meragukan skill individual para pemain Brazil, ditambah kecakapan Dunga dalam meracik strategi dan mempersatukan mereka sebagai sebuah tim, tentu membuat Brazil tampak menakutkan. Akan tetapi satu hal yang belum dipelajari oleh Brazil adalah bahwa mental mereka kurang kuat untuk mengarungi Piala Dunia 2010 ini. Para pemain kurang memiliki semangat bertempur setelah ketinggalan, maklum selama ini Brazil selalu berhasil menang setelah memimpin terlebih dahulu, dan lawan yang dihadapi pun relatif ringan, sehingga disaat tim ketinggalan dari tim sekelas Belanda, permainan pun menjadi kacau, lini tengah kehilangan kekuasaannya, akibatnya lini depan pun kering suplai bola. Berharap pada skill individual di ajang sekelas Piala Dunia tentu tidaklah bijak. Belanda sebaliknya, mereka memulai babak kedua dengan optimisme dan semangat tinggi, Van Bommel dan De Jong langsung merebut lini tengah yang tadinya dikuasai oleh Melo dan G.Silva, Robben terus berusaha menyayat sisi kiri pertahanan lawan, Sneijder yang terpilih sebagai MoM, terus berusaha menciptakan peluang, dan sungguh disayangkan hal ini tidak diantisipasi oleh Brazil, yang tidak melihat lini tengahnya kurang berfungsi. Lihat apa yang dilakukan Van Marwijk, dia hanya mengganti Van Persie, itu pun di menit ke 85’, karena Ia semata-mata hanya tidak ingin ritme permainan timnya hilang akibat pergantian pemain. Sedangkan menurut saya, saat skor imbang 1-1, Dunga seharusnya melakukan pergantian pemain untuk memberikan tambahan energi pada lini penyerangan, masuknya Nilmar sudah terlambat. Belanda yang pertama kali ikut PD pada tahun 1934, akan berlaga di babak semifinal hari selasa nanti minus Van der Wiel dan De Jong yang absen karena akumulasi kartu, bertemu Uruguay yang juga minus Luis Suarez dan Fucile, seperti apa pertandingannya? Nantikan terus Kasela! (G.A.S)

Review Match 2 Babak Perempat final, Uruguay vs Ghana
oleh Irvan Ridwansyah



Laga di Soccer city tadi malam, sangatlah dramatis dan penuh dengan asa, luapan emosi, hingga aksi-aksi yang gemilang. Luar biasa!. Duel antara Uruguay kontra Ghana pun mejadi satu pertandingan terbaik di Piala Dunia kali ini. Pertandingan ini telah dikupas habis mulai dari diberikannya babak extra time hingga berakhir pada babak penalty shoot out.
Uruguay yang memang lebih difavoritkan menjadi pemenang, akhirnya mampu lolos dari tergapan Ghana melalui jalan yang sangat berliku. Berawal dari ketertinggalanya, akibat tendangan spekulatif Muntari, menit 45+2’ pada babak pertama yang mampu mengecoh Muslera. Ghana pun mampu memimpin skor, 0-1 di babak pertama. Uruguay seakan tidak mau menyerah, menit ke-55’ pada babak kedua, Diego Forlan akhirnya menciptakan gol balasan lewat free kick yang melambung ke pojok kanan Kingson. Skor pun imbang 1-1 sampai peluit dibunyikan tiga kali, tanda waktu regular telah habis. Babak Extra Time pun dilakoni kedua tim dengan serangan-serangan yang cukup berbahaya. Sebetulnya Ghana mempunyai peluang yang lebih banyak dibandingkan Uruguay. Salah satu peluang emas Ghana adalah ketika Luis Suarez diganjar kartu merah akibat menahan bola dengan sengaja di areal kotak penalty. Hadiah berupa tendangan 12 pas pun diberikan wasit untuk Ghana. Namun, tendangan penalty Asamoah Gyan membentur mistar atas Muslera. Alhasil, Suarez yang sudah menangis dan menutup mata dengan kausnya, berjingkrak bahagia melihat asa Uruguay lahir kembali untuk memenangi pertandingan lewat babak penalty shoot out. Meskipun, tindakan Suarez tadi adalah tindakan bodoh, tapi berguna menunda kemenangan Ghana. Sangat ironi.

Penalty shoot out pun digelar. Tendangan Diego Forlan, Victorino, Scotti dan Abreu mampu merobek jala Kongson. Sedangkan Pereira gagal. Dari pihak Ghana, A. Gyan akhirnya berhasil melesakkan bola ke jala Muslera. Begitu juga dengan Appiah. Namun, dua tendangan terakhir Ghana, Mensah dan Adiyiah masih bisa diredam oleh Muslera. Skor akhir penalty shoot out pun menjadi 4-2 untuk kemenangan Uruguay. Kekalahan ini menjadikan kenangan pahit bagi Ghana yang seharusnya bisa mengakhiri pertandingan dengan kemengangan jika saja tendangan penalty A.Gyan di babak extra time berhasil menjadi gol. Gemilangnya penampilan kiper utama S.S Lazio, Fernando Muslera yang berhasil menahan tendangan Mensah dan Adiyiah membuat dirinya menjadi kunci kemenangan Uruguay terhadap Ghana. Begitu pula juga dengan Diego Forlan yang mampu mengeksekusi penalty pertama dan mencetak gol balasan telah didaulat menjadi Man of the Match. 

Bermain dengan pola menyerang, Uruguay memang terkenal dengan permainan yang menunggu. Artinya, Uruguay memang dari dua kali pertandingan terakhir selalu kalah dalam penguasaan bola namun bisa memenangkan pertandingan. Uruguay hanya memanfaatkan serangan balik dan kelengahan pertahanan lawan. Itulah gaya permainan Uruguay. Hanya dengan tiga pemain; Suarez-Forlan-Cavani, Uruguay mampu membuat repot pertahanan lawan. Tapi, bagaimana nanti? Uruguay pada partai semi-final nanti, tidak akan diperkuat Fucile dan Suarez yang terakumulasi larangan bermain. Padahal lawan yang dihadapi adalah Belanda yang mana telah menghabisi juara dunia lima kali, Brazil.
Sebaliknya, Ghana harusnya bermain lebih rileks, mengingat status tim Ghana bukanlah favorit pemenang laga ini. Artinya, menjadi tim under dog seharusnya bisa bermain lepas dan tidak terburu-buru. Namun, dalam aplikasinya, nampaknya pelatih Milovan Rajevac tidak ingin terhenti pada babak perempat final ini. Artinya, Ghana bukanlah tim under dog pada laga ini. kemengan harus ditangan, titik. Dengan mempertunjukkan permainan seperti kala melawan AS, setidaknya Ghana berpeluang lolos. Di lapangan pun, Ghana memang dominan dalam penguasaan bola dan serangan. Namun, akumulasi yang didapat Ayew, membuat serangan Ghana kurang kreatif. Hanya dengan mengandalkan Kevin-Prince Boateng saja belum cukup untuk mengobrak-abrik pertahanan Uruguay yang disiplin. Overall, mental yang dimiliki Ghana memang belum cukup untuk bermain pada level setinggi perempat-final, atau bahkan semi-final.

Selama jalanya pertandingan, kedua tim menghasilkan total 19 tendangan untuk Uruguay dan 30 untuk Ghana. Hal ini menjelaskan bahwa peluang Ghana ternyata lebih banyak daripada Uruguay, dan ini juga menjelaskan bahwa pertahanan Uruguay memang solid. Sedangkan, pada ball possession Ghana unggul dengan raihan 52%-48%. Kedepannya, pelatih Tabarez sepertinya harus memutar otak lebih keras dalam meracik timnya, akibat dua pemain intinya, Fucile dan Suarez tidak akan tampil. Lalu, mungkinkah Uruguay mampu mengalahkan Belanda di semi-final? Semoga saja. (Irv)


Preview Match 3 Babak Perempat final, Jerman vs Argentina
oleh Irvan Ridwansyah

Cape Town Stadium, akan menggelar pertandingan hebat antara Argentina kontra Jerman. Kedua tim adalah tim favorit juara. Argentina dengan Messi-nya, sedangkan Jerman dengan Muller. Jejak rekam kedua tim selama perjalanannya di PD 2010, Argentina memang punya rapor baik dengan kemenangan penuh di tiap laganya. Sedangkan, Jerman pernah satu kali kalah ketika laga melawan Serbia. Namun, Jerman di babak 16 besar baru saja meleburkan tim Inggris. Jadi, kedua tim masing-masing berada dalam kondisi tim yang prima. Argentina mempunyai rekor baik menghadapi Jerman. Dari enam duel terakhir, Jerman hanya bisa bermain imbang sebanyak tiga kali dan satu kali menang pada PD 2006 silam lewat adu pinalty, sisa duel tersebut dimenangkan oleh Argentina.

Pertandingan akan menyajikan dua tim dengan karakter yang berbeda. Argentina akan bermain menyerang dan agresif dalam penguasaan bola. sedangkan, Jerman lebih tenang dan mematikan dalam serangan balik. Dengan formasi 4-3-2-1 yang biasa dipakai pleh Maradona, dengan susunan pemain; Romero, Heinze, Samuel, Demichelis dan Otamendi. Kemudian lini tengah diisi oleh Mascherano, Di Maria dan Jonas Guiterez. Messi dan Tevez akan bermain bebas untuk membantu Higuain dalam membongkar pertahanan jerman. Sedangkan jerman akan memasang Neuer di bawah mistar gawang ditemani Friedreich, Mertesacker, Lahm dan Boateng di lini pertahanan. Sedangkan Bastian Schweinsteiger-Khedira menjadi buffer serangan lawan. Ozil-Podolski-Muller akan menjadi creator serangan jerman dan memberikan suplai bola kepada Klose di depan.

Head to head
Mertesacker dan Friedrich kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menjaga pergerakan Messi dan Tevez. Kedua pemain bertahan jerman ini bukanlah tipe sprinter defender, keduanya lemah dalam adu lari karena tubuhnya yang tinggi dan besar. Oleh karena itu, Schwein dan Khedira akan lebih dulu menutup ruang gerak dan tembak Messi dan Tevez. Jadinya, Mertesacker cs bisa lebih berkosentrasi 
menjaga higuain.
Lini tengah akan jadi duel Ozil dengan Mascherano. Playmaker keturunan turki ini memang memiliki daya jelajah yang cukup baik sehingga Mascherano harus rajin memberikan penjagaan yang ketat terhadap pemain ini. lini tengah Argentina nampaknya akan mengalami sedikit kesulitan akibat adanya tiga gelandang eksplosif Jerman; Ozil-Muller-Podolski. Namun, alur bola Argentina akan banyak diserahkan oleh aksi individual Messi atau Tevez. Dari lini depan, Klose akan berhadapan dengan Samuel yang dicap tangguh dalam duel udara maupun terobosan lawan. Klose sendiri pun merupakan pemain yang berkarakter ulet. Jadinya, Klose bisa berharap keuletannya itu berbuah gol. Namun, Samuel sepertinya tidak mau kecolongan layaknya pertahanan Inggris. Komunikasi yang baik dengan Deminchelis wajib dibina dengan baik, juga dengan kiper Romero.

Prediksi pertandingan adalah 50-50, dengan tempo permainan yang tidak terlalu cepat. Jerman akan mengandalkan permainannya yang dibangun dengan pelan-pelan apabila ia menguasai bola. Serangan one-touch Jerman yang pernah ditunjukan ketika melawan inggris akan ditunjukan kembali sepertinya. Sedangkan Argentina akan menyerang dengan mengandalkan Messi yang sulit dihadang lawan. Messi pun sangat berniat mencetak gol, karena belum mencetak satu gol pun selama bermain. Banyak pihak yang mencibir permainan Diego Armando Maradona yang tidak berpola dan berpangku tangan kepada para bintangnya seperti Messi,Tevez, Higuain dan Masherano. Namun, apakah sukses Argentina sepanjang ini masih belmu membuktikan kemanjuran formasi pelatih Argentina itu? Akankah nasib Argentina akan berakhir seperti Brazil? Atau Argentina yang akan melaju ke babak semi-final? We’ll see. (Irv)




Preview Match 4 Babak Perempat final, Paraguay vs Spanyol
oleh G.A.S

Setelah Belanda vs Brazil dan Jerman vs Argentina, duel Eropa vs Amerika Selatan terjadi lagi di babak perempat final ini. Paraguay akan bertemu dengan Spanyol dalam lanjutan babak perempat final Piala Dunia 2010. Pelatih Vincente Del Bosque sepertinya akan menurunkan formasi idealnya dengan Casillas di belakang mistar gawang, dilindungi oleh duet Barcelona, Puyol dan Pique, sementara Capdevilla dan Ramos mengawal dari sayap. Kolaborasi baik antara Busquets dan Xabi Alonso rasanya tetap akan menjadi andalan di tengah, dengan Xavi dan Iniesta. David Villa seperti biasa akan bermain sedikit kebelakang dan mempersilahkan Torres untuk menjadi target man. Di lain pihak, Gerardo Martino pun tidak akan melakukan banyak perubahan, lini pertahanan mereka tetap menjadi primadona dengan hanya kebobolan satu gol (lawan Italia di grup F). Trio Alcaraz-Da Silva-Caceres akan mengawal lini belakang ditemani oleh Bonet dan Morel di kedua sisi. Riveros dan Vera akan menjadi motor serangan dari tengah dan sayap, melengkapi trio Lucas Barrios, Santa Cruz dan Valdez. Pertemuan kali ini adalah pertemuan keempat antara Paraguay dengan Spanyol, dimana pertemuan terakhir dimenangkan oleh Spanyol 3-1 pada PD 2002. Pertemuan keduanya akan menghadirkan rekor pribadi bagi masing-masing tim, Spanyol belum pernah mencapai semifinal sejak tahun 1958, sedangkan Paraguay telah memecahkan rekor finis terbaik mereka yaitu babak 16 besar dan berencana untuk memperpanjang rekor mereka dengan masuk ke babak semifinal.

Head to head
Rekor pertahanan Paraguay yang dipimpin oleh Alcarez akan mendapatkan tes dari sang topskorer sementara David Villa (bersama Higuain dan Vittek dengan 4 gol). Sedangkan duet Puyol dan Pique harus berhati-hati meladeni pergerakan Lucas dan Vera yang rajin sekali membuka ruang. Lini tengah akan menjadi pergulatan hebat, Martino sudah mewanti-wanti para pemain tengahnya untuk melakukan pressing ketat yang akan diemban oleh Caceres dan Riveros, terutama kepada Xavi dan Iniesta. Jika Alonso dan Busquets mampu mengambil alih lini tengah, Iniesta dan Villa rasanya mampu melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti. David Silva atau Jesus Navas rasanya perlu dimasukkan jika terjadi deadlock untuk mendobrak lini pertahanan La Albirroja. Tipe empat pemain tengah Spanyol yang notabene adalah semuanya pemain tengah, membuat laga akan berlangsung ketat di tengah, Villa sesekali akan mengiris sayap pertahanan Paraguay, sementara Vera dan Lucas bisa mengambil kesempatan saat Ramos dan Capdevilla yang rajin naik membantu serangan, lupa untuk membantu pertahanan. Kemudian, yang menarik adalah sang nomer 9 dari kedua tim, Fernando Torres dan Roque Santa Cruz. Keduanya belum memberikan kontribusi gol bagi tim, padahal mereka berdua adalah goal getter andalan tim masing-masing. Feeling saya mengatakan salah satu dari mereka akan berhasil mencetak gol pada pertandingan ini, bagaimana menurut anda? (G.A.S)


Getty Images