Dear Kaselian,
Babak perempat final rasanya semakin seru saja, partai-partai yang dramatis dan menegangkan terus menggacak-acak emosi kita. Belanda dan Uruguay memastikan diri lolos dan akan saling berhadapan di babak semifinal. Malam nanti giliran duel klasik Jerman dan Argentina, serta Paraguay dan Spanyol, yang akan tampil, seperti apa pertandingannya? Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela -
Review Match 1 Babak Perempat final, Belanda vs Brazil
oleh G.A.S
Port Elizabeth menghadirkan sebuah cerita tersendiri bagi para pendukung Belanda, mereka menyaksikan bagaimana tim andalan mereka mengalahkan sang juara lima kali, Brazil. Kedua tim bermain dengan terbuka dan menampilkan skuad andalan masing-masing, Belanda hanya kehilangan Joris Mathijsen yang cidera dan digantikan oleh Andre Ooijer untuk berduet dengan Heitinga di belakang. De jong dan Van Bommel mengawal lini tengah sementara trio Robben-Kuyt-Sneijder mendukung Van Persie dalam skema penyerangan. Brazil pun tampil dengan skuad andalan mereka, kecuali Elano yang mengalami cidera dan digantikan oleh Daniel Alves, sementara Kaka-Robinho-Luis Fabiano menjadi poros serangan tim Samba. Pertandingan berjalan cepat dengan Brazil lebih dahulu menguasai tempo permainan, pada menit ke 10’, sebuah umpan terobosan dari Felipe Melo dengan manisnya melewati para defender Belanda dan menemui Robinho berdiri bebas di depan kotak penalti. Robinho tanpa kesulitan menaklukkan Stekelenburg, 1-0 untuk Brazil. Tersengat oleh gol tersebut, Belanda mulai mengatur serangannya, namun tetap menemui kebuntuan karena Brazil telah menemukan ritme permainan mereka, babak pertama berakhir skor tidak berubah.
Di babak kedua, Belanda turun dengan semangat yang berbeda, ketinggalan satu gol membuat mereka tancap gas dan terus menekan pertahanan Brazil. Hasilnya, sebuah umpan lambung dari Sneijder menimbulkan prahara di depan gawang lawan, Felipe Melo dan Julio Cesar berebut menghalau bola tanpa ada satu pemain Belanda pun yang terlibat dalam aksi tersebut. Bola kemudian menyentuh kepala Melo sebelum akhirnya masuk ke gawang Cesar, 1-1. Ironisnya, ini adalah gol bunuh diri pertama Brazil dalam 97 pertandingan mereka di Piala Dunia selama lebih dari 80 tahun. Mendapatkan gol penyeimbang berarti mendapatkan sebuah semangat baru, Belanda berbalik menguasai tempo dan mendapatkan momentum mereka untuk bangkit dan memberikan perlawanan. Brazil sementara itu, cukup kaget dengan gol tersebut dan tidak mampu bangkit dari tekanan pertandingan, ya momentum sekarang berada di tangan Belanda. Terbukti, sebuah sepak pojok Robben diteruskan dengan sundulan ke belakang oleh Kuyt menemui Sneijder yang berdiri sangat bebas tanpa kawalan. Sneijder kemudian membuat seisi stadion bergemuruh ketika ia berhasil menyundul masuk Jabulani ke gawang rekan seklubnya di Intermilan, yang sekaligus menjadi gol ketiganya di ajang ini, 2-1 untuk Belanda. Brazil yang sudah tertekan sulit untuk menemukan ritmenya kembali, tekanan demi tekanan menghampiri mereka, puncaknya sebuah pelanggaran yang tidak terlalu penting membuat Melo harus diusir dari lapangan. Bermain dengan 10 orang membuat Brazil sulit melakukan perlawanan, skor akhir tidak berubah sampai wasit Nichimura dari Jepang meniup peluit panjang.
Silahkan menyebutnya seperti apa yang anda inginkan, tapi menurut saya pertandingan ini adalah pertandingan mental. Apa pasal? Brazil yang sudah mengantungi gol terlebih dahulu cukup yakin bisa menambah gol sehingga pada saat mereka kebobolan oleh gol bunuh diri Melo, mental para pemain cukup terganggu. Sedangkan disisi lain, Belanda telah menemukan ritme permainan dan semangat melawan, sehingga mereka terus tampil percaya diri menekan pertahanan Brazil. Setelah kebobolan dol kedua, Brazil mengalami shock tambahan, dan puncak runtuhnya mental Brazil adalah saat Melo di kartu merah. Ada satu hal yang saya pelajari saat menonton sepakbola, yaitu dari dukungan ribuan penonton, kamera televisi dan kamera para jurnalis, dll, mental adalah sesuatu yang harus terus dijaga sepanjang pertandingan. Kita tak perlu meragukan skill individual para pemain Brazil, ditambah kecakapan Dunga dalam meracik strategi dan mempersatukan mereka sebagai sebuah tim, tentu membuat Brazil tampak menakutkan. Akan tetapi satu hal yang belum dipelajari oleh Brazil adalah bahwa mental mereka kurang kuat untuk mengarungi Piala Dunia 2010 ini. Para pemain kurang memiliki semangat bertempur setelah ketinggalan, maklum selama ini Brazil selalu berhasil menang setelah memimpin terlebih dahulu, dan lawan yang dihadapi pun relatif ringan, sehingga disaat tim ketinggalan dari tim sekelas Belanda, permainan pun menjadi kacau, lini tengah kehilangan kekuasaannya, akibatnya lini depan pun kering suplai bola. Berharap pada skill individual di ajang sekelas Piala Dunia tentu tidaklah bijak. Belanda sebaliknya, mereka memulai babak kedua dengan optimisme dan semangat tinggi, Van Bommel dan De Jong langsung merebut lini tengah yang tadinya dikuasai oleh Melo dan G.Silva, Robben terus berusaha menyayat sisi kiri pertahanan lawan, Sneijder yang terpilih sebagai MoM, terus berusaha menciptakan peluang, dan sungguh disayangkan hal ini tidak diantisipasi oleh Brazil, yang tidak melihat lini tengahnya kurang berfungsi. Lihat apa yang dilakukan Van Marwijk, dia hanya mengganti Van Persie, itu pun di menit ke 85’, karena Ia semata-mata hanya tidak ingin ritme permainan timnya hilang akibat pergantian pemain. Sedangkan menurut saya, saat skor imbang 1-1, Dunga seharusnya melakukan pergantian pemain untuk memberikan tambahan energi pada lini penyerangan, masuknya Nilmar sudah terlambat. Belanda yang pertama kali ikut PD pada tahun 1934, akan berlaga di babak semifinal hari selasa nanti minus Van der Wiel dan De Jong yang absen karena akumulasi kartu, bertemu Uruguay yang juga minus Luis Suarez dan Fucile, seperti apa pertandingannya? Nantikan terus Kasela! (G.A.S)
Review Match 2 Babak Perempat final, Uruguay vs Ghana
oleh Irvan Ridwansyah
Laga di Soccer city tadi malam, sangatlah dramatis dan penuh dengan asa, luapan emosi, hingga aksi-aksi yang gemilang. Luar biasa!. Duel antara Uruguay kontra Ghana pun mejadi satu pertandingan terbaik di Piala Dunia kali ini. Pertandingan ini telah dikupas habis mulai dari diberikannya babak extra time hingga berakhir pada babak penalty shoot out.
Uruguay yang memang lebih difavoritkan menjadi pemenang, akhirnya mampu lolos dari tergapan Ghana melalui jalan yang sangat berliku. Berawal dari ketertinggalanya, akibat tendangan spekulatif Muntari, menit 45+2’ pada babak pertama yang mampu mengecoh Muslera. Ghana pun mampu memimpin skor, 0-1 di babak pertama. Uruguay seakan tidak mau menyerah, menit ke-55’ pada babak kedua, Diego Forlan akhirnya menciptakan gol balasan lewat free kick yang melambung ke pojok kanan Kingson. Skor pun imbang 1-1 sampai peluit dibunyikan tiga kali, tanda waktu regular telah habis. Babak Extra Time pun dilakoni kedua tim dengan serangan-serangan yang cukup berbahaya. Sebetulnya Ghana mempunyai peluang yang lebih banyak dibandingkan Uruguay. Salah satu peluang emas Ghana adalah ketika Luis Suarez diganjar kartu merah akibat menahan bola dengan sengaja di areal kotak penalty. Hadiah berupa tendangan 12 pas pun diberikan wasit untuk Ghana. Namun, tendangan penalty Asamoah Gyan membentur mistar atas Muslera. Alhasil, Suarez yang sudah menangis dan menutup mata dengan kausnya, berjingkrak bahagia melihat asa Uruguay lahir kembali untuk memenangi pertandingan lewat babak penalty shoot out. Meskipun, tindakan Suarez tadi adalah tindakan bodoh, tapi berguna menunda kemenangan Ghana. Sangat ironi.
Penalty shoot out pun digelar. Tendangan Diego Forlan, Victorino, Scotti dan Abreu mampu merobek jala Kongson. Sedangkan Pereira gagal. Dari pihak Ghana, A. Gyan akhirnya berhasil melesakkan bola ke jala Muslera. Begitu juga dengan Appiah. Namun, dua tendangan terakhir Ghana, Mensah dan Adiyiah masih bisa diredam oleh Muslera. Skor akhir penalty shoot out pun menjadi 4-2 untuk kemenangan Uruguay. Kekalahan ini menjadikan kenangan pahit bagi Ghana yang seharusnya bisa mengakhiri pertandingan dengan kemengangan jika saja tendangan penalty A.Gyan di babak extra time berhasil menjadi gol. Gemilangnya penampilan kiper utama S.S Lazio, Fernando Muslera yang berhasil menahan tendangan Mensah dan Adiyiah membuat dirinya menjadi kunci kemenangan Uruguay terhadap Ghana. Begitu pula juga dengan Diego Forlan yang mampu mengeksekusi penalty pertama dan mencetak gol balasan telah didaulat menjadi Man of the Match.
Bermain dengan pola menyerang, Uruguay memang terkenal dengan permainan yang menunggu. Artinya, Uruguay memang dari dua kali pertandingan terakhir selalu kalah dalam penguasaan bola namun bisa memenangkan pertandingan. Uruguay hanya memanfaatkan serangan balik dan kelengahan pertahanan lawan. Itulah gaya permainan Uruguay. Hanya dengan tiga pemain; Suarez-Forlan-Cavani, Uruguay mampu membuat repot pertahanan lawan. Tapi, bagaimana nanti? Uruguay pada partai semi-final nanti, tidak akan diperkuat Fucile dan Suarez yang terakumulasi larangan bermain. Padahal lawan yang dihadapi adalah Belanda yang mana telah menghabisi juara dunia lima kali, Brazil.
Sebaliknya, Ghana harusnya bermain lebih rileks, mengingat status tim Ghana bukanlah favorit pemenang laga ini. Artinya, menjadi tim under dog seharusnya bisa bermain lepas dan tidak terburu-buru. Namun, dalam aplikasinya, nampaknya pelatih Milovan Rajevac tidak ingin terhenti pada babak perempat final ini. Artinya, Ghana bukanlah tim under dog pada laga ini. kemengan harus ditangan, titik. Dengan mempertunjukkan permainan seperti kala melawan AS, setidaknya Ghana berpeluang lolos. Di lapangan pun, Ghana memang dominan dalam penguasaan bola dan serangan. Namun, akumulasi yang didapat Ayew, membuat serangan Ghana kurang kreatif. Hanya dengan mengandalkan Kevin-Prince Boateng saja belum cukup untuk mengobrak-abrik pertahanan Uruguay yang disiplin. Overall, mental yang dimiliki Ghana memang belum cukup untuk bermain pada level setinggi perempat-final, atau bahkan semi-final.
Selama jalanya pertandingan, kedua tim menghasilkan total 19 tendangan untuk Uruguay dan 30 untuk Ghana. Hal ini menjelaskan bahwa peluang Ghana ternyata lebih banyak daripada Uruguay, dan ini juga menjelaskan bahwa pertahanan Uruguay memang solid. Sedangkan, pada ball possession Ghana unggul dengan raihan 52%-48%. Kedepannya, pelatih Tabarez sepertinya harus memutar otak lebih keras dalam meracik timnya, akibat dua pemain intinya, Fucile dan Suarez tidak akan tampil. Lalu, mungkinkah Uruguay mampu mengalahkan Belanda di semi-final? Semoga saja. (Irv)
Preview Match 3 Babak Perempat final, Jerman vs Argentina
oleh Irvan Ridwansyah
Cape Town Stadium, akan menggelar pertandingan hebat antara Argentina kontra Jerman. Kedua tim adalah tim favorit juara. Argentina dengan Messi-nya, sedangkan Jerman dengan Muller. Jejak rekam kedua tim selama perjalanannya di PD 2010, Argentina memang punya rapor baik dengan kemenangan penuh di tiap laganya. Sedangkan, Jerman pernah satu kali kalah ketika laga melawan Serbia. Namun, Jerman di babak 16 besar baru saja meleburkan tim Inggris. Jadi, kedua tim masing-masing berada dalam kondisi tim yang prima. Argentina mempunyai rekor baik menghadapi Jerman. Dari enam duel terakhir, Jerman hanya bisa bermain imbang sebanyak tiga kali dan satu kali menang pada PD 2006 silam lewat adu pinalty, sisa duel tersebut dimenangkan oleh Argentina.
Pertandingan akan menyajikan dua tim dengan karakter yang berbeda. Argentina akan bermain menyerang dan agresif dalam penguasaan bola. sedangkan, Jerman lebih tenang dan mematikan dalam serangan balik. Dengan formasi 4-3-2-1 yang biasa dipakai pleh Maradona, dengan susunan pemain; Romero, Heinze, Samuel, Demichelis dan Otamendi. Kemudian lini tengah diisi oleh Mascherano, Di Maria dan Jonas Guiterez. Messi dan Tevez akan bermain bebas untuk membantu Higuain dalam membongkar pertahanan jerman. Sedangkan jerman akan memasang Neuer di bawah mistar gawang ditemani Friedreich, Mertesacker, Lahm dan Boateng di lini pertahanan. Sedangkan Bastian Schweinsteiger-Khedira menjadi buffer serangan lawan. Ozil-Podolski-Muller akan menjadi creator serangan jerman dan memberikan suplai bola kepada Klose di depan.
Head to head
Mertesacker dan Friedrich kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam menjaga pergerakan Messi dan Tevez. Kedua pemain bertahan jerman ini bukanlah tipe sprinter defender, keduanya lemah dalam adu lari karena tubuhnya yang tinggi dan besar. Oleh karena itu, Schwein dan Khedira akan lebih dulu menutup ruang gerak dan tembak Messi dan Tevez. Jadinya, Mertesacker cs bisa lebih berkosentrasi
menjaga higuain.
Lini tengah akan jadi duel Ozil dengan Mascherano. Playmaker keturunan turki ini memang memiliki daya jelajah yang cukup baik sehingga Mascherano harus rajin memberikan penjagaan yang ketat terhadap pemain ini. lini tengah Argentina nampaknya akan mengalami sedikit kesulitan akibat adanya tiga gelandang eksplosif Jerman; Ozil-Muller-Podolski. Namun, alur bola Argentina akan banyak diserahkan oleh aksi individual Messi atau Tevez. Dari lini depan, Klose akan berhadapan dengan Samuel yang dicap tangguh dalam duel udara maupun terobosan lawan. Klose sendiri pun merupakan pemain yang berkarakter ulet. Jadinya, Klose bisa berharap keuletannya itu berbuah gol. Namun, Samuel sepertinya tidak mau kecolongan layaknya pertahanan Inggris. Komunikasi yang baik dengan Deminchelis wajib dibina dengan baik, juga dengan kiper Romero.
Prediksi pertandingan adalah 50-50, dengan tempo permainan yang tidak terlalu cepat. Jerman akan mengandalkan permainannya yang dibangun dengan pelan-pelan apabila ia menguasai bola. Serangan one-touch Jerman yang pernah ditunjukan ketika melawan inggris akan ditunjukan kembali sepertinya. Sedangkan Argentina akan menyerang dengan mengandalkan Messi yang sulit dihadang lawan. Messi pun sangat berniat mencetak gol, karena belum mencetak satu gol pun selama bermain. Banyak pihak yang mencibir permainan Diego Armando Maradona yang tidak berpola dan berpangku tangan kepada para bintangnya seperti Messi,Tevez, Higuain dan Masherano. Namun, apakah sukses Argentina sepanjang ini masih belmu membuktikan kemanjuran formasi pelatih Argentina itu? Akankah nasib Argentina akan berakhir seperti Brazil? Atau Argentina yang akan melaju ke babak semi-final? We’ll see. (Irv)
Preview Match 4 Babak Perempat final, Paraguay vs Spanyol
oleh G.A.S
Setelah Belanda vs Brazil dan Jerman vs Argentina, duel Eropa vs Amerika Selatan terjadi lagi di babak perempat final ini. Paraguay akan bertemu dengan Spanyol dalam lanjutan babak perempat final Piala Dunia 2010. Pelatih Vincente Del Bosque sepertinya akan menurunkan formasi idealnya dengan Casillas di belakang mistar gawang, dilindungi oleh duet Barcelona, Puyol dan Pique, sementara Capdevilla dan Ramos mengawal dari sayap. Kolaborasi baik antara Busquets dan Xabi Alonso rasanya tetap akan menjadi andalan di tengah, dengan Xavi dan Iniesta. David Villa seperti biasa akan bermain sedikit kebelakang dan mempersilahkan Torres untuk menjadi target man. Di lain pihak, Gerardo Martino pun tidak akan melakukan banyak perubahan, lini pertahanan mereka tetap menjadi primadona dengan hanya kebobolan satu gol (lawan Italia di grup F). Trio Alcaraz-Da Silva-Caceres akan mengawal lini belakang ditemani oleh Bonet dan Morel di kedua sisi. Riveros dan Vera akan menjadi motor serangan dari tengah dan sayap, melengkapi trio Lucas Barrios, Santa Cruz dan Valdez. Pertemuan kali ini adalah pertemuan keempat antara Paraguay dengan Spanyol, dimana pertemuan terakhir dimenangkan oleh Spanyol 3-1 pada PD 2002. Pertemuan keduanya akan menghadirkan rekor pribadi bagi masing-masing tim, Spanyol belum pernah mencapai semifinal sejak tahun 1958, sedangkan Paraguay telah memecahkan rekor finis terbaik mereka yaitu babak 16 besar dan berencana untuk memperpanjang rekor mereka dengan masuk ke babak semifinal.
Head to head
Rekor pertahanan Paraguay yang dipimpin oleh Alcarez akan mendapatkan tes dari sang topskorer sementara David Villa (bersama Higuain dan Vittek dengan 4 gol). Sedangkan duet Puyol dan Pique harus berhati-hati meladeni pergerakan Lucas dan Vera yang rajin sekali membuka ruang. Lini tengah akan menjadi pergulatan hebat, Martino sudah mewanti-wanti para pemain tengahnya untuk melakukan pressing ketat yang akan diemban oleh Caceres dan Riveros, terutama kepada Xavi dan Iniesta. Jika Alonso dan Busquets mampu mengambil alih lini tengah, Iniesta dan Villa rasanya mampu melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti. David Silva atau Jesus Navas rasanya perlu dimasukkan jika terjadi deadlock untuk mendobrak lini pertahanan La Albirroja. Tipe empat pemain tengah Spanyol yang notabene adalah semuanya pemain tengah, membuat laga akan berlangsung ketat di tengah, Villa sesekali akan mengiris sayap pertahanan Paraguay, sementara Vera dan Lucas bisa mengambil kesempatan saat Ramos dan Capdevilla yang rajin naik membantu serangan, lupa untuk membantu pertahanan. Kemudian, yang menarik adalah sang nomer 9 dari kedua tim, Fernando Torres dan Roque Santa Cruz. Keduanya belum memberikan kontribusi gol bagi tim, padahal mereka berdua adalah goal getter andalan tim masing-masing. Feeling saya mengatakan salah satu dari mereka akan berhasil mencetak gol pada pertandingan ini, bagaimana menurut anda? (G.A.S)
Getty Images
Tidak ada komentar:
Posting Komentar