Piala Dunia Afrika Selatan 2010 telah dimulai, empat tim telah bertanding malam tadi dalam babak kualifikasi grup A. Tuan rumah, Mexico, Uruguay dan Perancis, semua bermain imbang, dengan memunculkan beberapa nama dan kejadian yang akan terus diingat oleh para penggemar sepak bola. Yang pertama tentu saja gol Mexico yang secara cukup kontroversial dianulir, kemudian gol pembuka turnamen ini oleh Siphiwe Tshabalala via tendangan keras yang meluncur ke pojok kanan atas gawang Mexico, hasil akhir 1-1 setelah Rafael Marquez menyamakan kedudukan. Pertandingan di grup A ditutup dengan drama kartu merah untuk pemain muda berbakat Uruguay, Nicolas Lodeiro dari Ajax, setelah mengoleksi dua kartu kuning di babak kedua. Hasil akhir 0-0, kedua tim menemui kebuntuan dalam usaha mereka untuk mencetak gol.
Afrika Selatan sebagai tuan rumah ternyata mampu menampilkan sebuah perlawanan kuat, meskipun di awal-awal pertandingan Bafana-bafana terus dikurung oleh Giovanni Dos Santos dkk. Pada babak kedua alur permainan Afsel berubah total, pergerakan para pemain dan aliran bola dari lini ke lini terlihat sangat rapi dan membahayakan. Puncaknya sebuah serangan balik mampu diakhiri oleh Tshabalala untuk membuka rekening skor Afsel. Beberapa peluang melalui Modise dan Mphela membuat tuan rumah harus rela berbagi hasil pada pertandingan ini. Spirit tuan rumah yang didukung oleh rakyat Afsel plus vuvuzela mereka, harus dipertahankan oleh bafana-bafana, Pienaar-Tshabalala-Modise harus tampil konsisten, karena mereka akan terus menjadi kunci Pareira dalam skema serangan Afsel.
Mexico di sisi lain, sebenarnya tampil baik, meskipun mengendur pada babak kedua. Satu hal yang cukup mengganggu saya adalah bagaimana usaha-usaha pemain Mexico untuk menerobos dari tengah, meskipun Mokoena dan Khumalo secara baik dan teratur dapat menutup lubang-lubang dalam pertahanan Afsel. Kurangnya penetrasi melalui kedua sayap membuat serangan Mexico tampak monoton, Dos Santos yang banyak sekali berlari pada pertandingan ini, tetap ngotot untuk menerobos pertahan Afsel dari tengah. Hal ini mungkin disebabkan karena postur tubuh para penyerang Mexico yang bisa dibilang mungil, dari seluruh penyerang yang diturunkan tadi malam, Guille Franco adalah yang paling tinggi (182cm). Tidak adanya striker ‘Tower’ untuk menyelesaikan umpan-umpan silang dari kedua sayap membuat Mexico kehilangan akal untuk menerobos pertahanan Afsel.
Dari Cape Town, kita berharap sebuah partai yang akan menyajikan banyak gol, akan tetapi rasanya kita cukup dibuat kecewa oleh hasil akhir, meskipun pertandingannya sendiri berjalan menarik. Nama-nama besar seperti Diego Forlan (Atletico Madrid), Luis Suarez (Ajax), Franck Ribery (Bayern), Nicolas Anelka (Chelsea), tentu memberikan sebuah pertanda bahwa partai Uruguay vs Perancis akan menyuguhi gol-gol cantik.
Perancis menampilkan skema menyerang yang menurut saya cukup aneh, komposisi 3 penyerang dengan didukung seorang gelandang kreatif, tidak berjalan cukup baik. Ribery di kiri, Govou di kanan, Anelka di tengah dan Gourcuff di belakang Anelka adalah line up yang diturunkan oleh Domenech. Permasalahannya adalah, natur Ribery dan Govou yang merupakan pemain sayap membuatnya lebih banyak bermain melebar, dan meninggalkan Anelka seorang diri di depan. Hal ini tidak didukung oleh Gourcuff yang pasif mencari celah, beberapa kali malah Diaby yang merupakan holding midfielder melakukan penetrasi dan melepaskan umpan berbahaya ke dalam kotak penalti Uruguay. Skema serangan Perancis semakin dirusak dengan solidnya duet bek tengah Diego Lugano dan Diego Godin di depan kiper Fernando Muslera. Kedua bek sayap Uruguay pun rajin sekali membantu pertahanan, akibatnya Perancis tampak bingung ketika sudah berada didepan kotak penalti Uruguay. Ada baiknya, Domenech kembali ke pola tradisional 4-4-2 dengan dua striker didepan, agar lebih banyak menciptakan peluang. Gignac dan Cisse patut diduetkan melihat sepak terjang mereka di liga masing-masing, dengan dibantu oleh lini tengah yang diisi oleh Malouda-Diaby-Toulalan-Ribery.
Sementara itu, meskipun tampil sangat solid dibelakang, tidak demikian dengan lini depan Uruguay. Rasanya Forlan dan Suarez, yang merupakan topskorer di klubnya masing-masing musim ini, kurang cocok untuk diduetkan. Keduanya bukanlah tipe striker finisher yang menunggu bola disodorkan kepada mereka, akan tetapi mereka tipe penyerang yang mencari bola, membuka ruang dan melakukan penetrasi ke dalam pertahanan lawan. Inilah yang terjadi dini hari tadi, saat Forlan menusuk ke kotak penalti dan mengirimkan umpan, Suarez tampak tidak siap, begitupun sebaliknya. Menurut saya, ada baiknya Tabarez mencoba menempatkan Suarez di belakang duet penyerang, dan memasang Forlan dengan striker yang lebih bertipe finisher, semisal Edison Cavani. Menarik kita nantikan partai selanjutnya di grup A yaitu, Afsel vs Uruguay dan Perancis vs Mexico. (G.A.S)
"Now we must beat France!" - Javier Aguirre -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar