Pages

Rabu, 23 November 2011

Babak 16 besar (4)

Dear Kaselian,
Babak 16 besar telah berakhir, langkah Asia akhirnya terhenti disini. Hal ini sekaligus menandakan hegemoni Amerika Selatan pada pergelaran Piala Dunia kali ini. Empat dari lima tim Amerika Selatan berhasil mengirimkan wakilnya, dilengkapi dengan tiga dari tiga belas wakil eropa dan satu dari enam wakil afrika. Pada edisi ini, Kasela mengupas habis matchday terakhir babak 16 besar. Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela –

Review Matchday 7 Babak 16 besar, Paraguay vs Jepang
oleh Irvan Ridwansyah

Dramatis!. Paraguay akhirnya memastikan timnya untuk berlaga ke babak selanjutnya setelah mengalahkan Jepang lewat adu penalty dengan skor 5-4. Selama 2x45 menit, kedua tim hanya bisa bermain imbang tanpa gol, begitu juga di dalam babak tambahan selama 2x15 menit. Alhasil, penalty shootout jadi solusi untuk mendapatkan satu pemenang. Pertandingan ini adalah babak adu penalti pertama dalam Piala Dunia 2010. Sebuah bukti bahwa seluruh tim bermain cukup terbuka.

Bermain di Pretoria, Loftus Versfeld Stadium, Jepang tampil dengan pertahanan yang sangat solid. Pelatih Takeshi Okada memang mahir dalam menerapkan kedisiplinan pada pemainnya untuk tidak memberikan ruang gerak kepada Santa Cruz cs selama pertadingan berlangsung. Belanda pun sempat frustasi dalam usahanya menembus pertahanan Jepang di kualifikasi grup. Dengan formasi 4-5-1, jepang menempatkan Keisuke Honda sebagai striker, dibantu oleh gelandang serang Matsui dan Endo. Permainan Jepang pun, utamanya, mengandalkan pertahanan yang disiplin dan serangan balik. Namun, di dalam lapangan, serangan balik yang dibangun Matsui cs banyak mengalami benturan, seperti kurangnya kreatifitas serangan dan keletihan pada pemain akibat harus menahan gempuran dari Paraguay. Sedangkan, Paraguay bermain tampil dengan permainan menyerang ala latin. Serangan demi serangan dibangun oleh kedua tim. Namun, hingga babak tambahan usai, tak satu pun gol yang tercipta. Statistik pertandingan menyebutkan, total ada 18 tendangan mengarah gawang untuk Paraguay, dan 16 bagi kubu Jepang. Sedangkan dari sisi ball possession, Jepang mampu sedikit mengimbangi Paraguay dengan raihan 42%, dan 58% untuk Paraguay.

Jepang kalah dalam penalty shoot out dengan skor 5-4. Yasuhito Endo, Hasebe, Honda berhasil melesakan bola ke jala lawan, namun Yuichi Koamano gagal mencetak gol akibat tendanganya membentur mistar atas gawang. Sedangkan, lima tendangan Paraguay berhasil dilesakkan lewat Barreto, Barrios, Riveros, Valdez dan Cardozo. Overall, permainan Jepang terbilang sangat baik karena mampu membuat tim amerika latin ini, Paraguay, dipaksa untuk bermain selama 120 menit plus penalty shoot out untuk mendapatkan kemenangan. Artinya, kualitas tim Asia tidak bisa diremehkan. Menurut saya pun, serangan balik Jepang yang dipimpin Honda cukup membuat pertahanan Paraguay kewalahan, hanya saja Jepang harus lebih kreatif. Wajar saja jika Jepang tampil keletihan dalam serangan balik, dua wing back Jepang Komano dan Nagatomo harus naik-turun selama 120 menit berlangsung, begitu juga dengan Matsui dan Endo. Dengan kemenangan ini yang dramatis ini, Paraguay akan berhadapan dengan Spanyol di laga perdelapan final.

Getty Images

Review Matchday 8 Babak 16 besar, Spanyol vs Portugal
oleh G.A.S

Spanyol memesan satu tempat di perempat final setelah memupuskan mimpi Portugal lewat kemenangan tipis 1-0 di Green Point Stadium, Cape Town. Pertemuan The Iberian Rivals, yang merupakan pertemuan pertama sejak enam tahun lalu, berlangsung seru dan cepat dengan saling serang dan operan-operan yang rapi. Kedua tim turun ke lapangan dengan niat untuk mempertahankan rekor bagus yang mereka miliki, La Furia Roja memenangi 29 dari 31 laga terakhir mereka, sedangkan Seleção das Quinas belum pernah terkalahkan dalam 19 pertandingan terhitung per November 2008, dengan rekor 20 cleensheet dari 24 pertandingan sejak Carlos Quieroz mengambil alih nakhoda tim.

Vicente Del Bosque turun dengan formasi yang sama saat mengalahkan Chile di putaran grup H, dimana Fernando Torres dipasang sebagai target man ditemani oleh David Villa yang bermain sedikit melebar. Xabi Alonso dan Sergio menjadi holding midfielder, sementara Iniesta dan Xavi didorong lebih menyerang untuk mengakomodir kedua penyerang mereka. Di lain pihak, Carlos Quieroz hanya melakukan sedikit perubahan, Danny digantikan oleh Almeida yang dipasang sendirian di depan, dengan kapten CR7 di kiri, Simao di kanan mengawal serangan sayap Portugal. Duet Tiago dan Meireles menjaga lini tengah, dengan Pepe ditempatkan agak maju sedikit sebagai perusak serangan lawan.

Pertandingan baru berjalan beberapa menit, kiper Eduardo dari Portugal sudah dipaksa untuk menghangatkan sarung tangannya oleh Torres dan Villa. Melihat gawangnya dibombardir, Portugal tak ingin tinggal diam, Almeida, CR7 dan Tiago gantian berbalik melemaskan badan Casillas. Pada menit ke 22’ sebuah drive oleh Tiago dari luar kotak penalti mampu ditahan oleh Casillas namun bola mental ke udara, Hugo Almeida berlari menyambut bola tersebut namun Casillas lebih cepat satu detik dan meninju bola keluar kotak penalti. Hingga babak pertama berakhir, skor tetap 0-0 dengan jumlah tendangan seimbang untuk kedua tim. Di babak kedua, Spanyol lebih mendominasi permainan, Llorente masuk menggantikan Torres. Kerjasama trio Barcelona Iniesta-Xavi-Villa pada menit ke 63’ memecah kebuntuan. Xavi memberikan umpan pendek kepada Iniesta yang melihat Villa berdiri bebas di sebelah kanan pertahanan Portugal. Villa menendang ke gawang namun Eduardo mampu menghadangnya, malang bagi Portugal, bola rebound malah kembali ke kaki Villa yang tanpa ampun menendang keras Jabulani masuk ke gawang Portugal setelah sempat membentur tiang atas, 1-0 untuk Spanyol, sekaligus mengakhiri catatan cleensheet Eduardo selama turnamen berlangsung. Setelah gol tersebut Portugal tampak melempem yang membuat Spanyol menguasai ball possesion, kemudian sebuah kartu merah terhadap Ricardo Costa dipenghujung babak kedua menutup pertandingan, dengan meloloskan Spanyol yang akan berjumpa wakil Amerika Selatan, Paraguay di perempat final.

Sepertinya Del Bosque telah menemukan formasi ideal Spanyol, dengan menempatkan empat gelandang berkarakter dengan kemampuan diatas rata-rata. David Villa terlihat lebih nyaman bermain sedikit dibelakang Torres, dibandingkan ketika ia harus berdiri sendirian menjadi target man, ketika menghadapi Swiss dan beberapa uji coba sebelum Piala Dunia dimulai. Duet Xabi Alonso dan Sergio Busquets di tengah pun telah menjadi sebuah pakem ideal lini tengah Spanyol, sehingga Xavi, Iniesta, atau David Silva dapat berkonsentrasi merancang umpan-umpan maut atau tusukan-tusukan ke kotak penalti lawan. Seperti apa langkah mereka di babak perempat final nantinya? Nantikan terus Kasela! (G.A.S)

Getty Images

Tidak ada komentar:

Posting Komentar