Dear Kaselian,
Edisi ke 8 kali ini akan membahas pertarungan seru di grup G dan H, mulai dari drama kartu merah Kaka di tim Brazil, kemenangan luar biasa Portugal, konsistensi Chile, sampai kembalinya Spanyol ke trek kemenangan. Menarik bukan? Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela -
Grup G
Oleh G.A.S
Brazil memastikan satu tempat di babak 16 besar setelah mengalahkan Pantai Gading 3-1 dengan sebuah bumbu drama diusirnya fantasista mereka, Kaka setelah melayangkan sikutnya kepada Kader Keita. Turun dengan formasi yang sama seperti ketika mengahadapi Korut, Brazil mengambil inisiatif serangan dan langsung menekan sejak menit awal. Brazil beberapa kali mengancam gawang Barry, dan akhirnya meraih gol pembuka di menit ke 25’ saat kerjasama apik dari trio Robinho-Kaka-Luis Fabiano berhasil menerobos pertahanan Pantai Gading, Luis Fabiano yang lolos menghujam gawang Barry dengan tendangan keras ke sisi atas gawang, mirip dengan gol Donovan (AS) ke gawang Slovenia. Hal ini sayangnya tidak direspon oleh Pantai Gading yang bermain seperti tanpa arah dan jarang sekali memberikan ancaman berarti. Kapten Pantai Gading Didier Drogba yang kali ini turun sejak menit awal mengalami kekeringan suplai bola, Aruna Dindane di sayap kanan, Kalou di kiri dan Tiote di tengah kurang mampu memberikan kontribusi kepada lini depan Pantai Gading. Hal ini didukung juga oleh penampilan yang baik oleh Felipe Melo di lini tengah Brazil, satu hal yang membuat para fans Juventus heran mengapa penampilan tersebut tidak hadir saat ia membela klub. Babak pertama ditutup dengan skor 1-0 untuk Brazil.
Gol kedua Brazil datang pada menit ke 50’, dan murni berasal dari sebuah skill individual. Menerima umpan panjang dari kiper Julio Cesar, Luis Fabiano mengacak-acak lini belakang Pantai Gading dengan aksi individualnya, dan mengakhirinya dengan sebuah tendangan pantul yang keras, Brazil 2, Pantai Gading 0. Lemahnya koordinasi lini belakang Pantai Gading yang diisi oleh Kolo Toure-Zokora-Demel-Tiene, lagi-lagi mengakibatkan gol ketiga Brazil di menit 62’. Kaka yang menerobos sisi kanan pertahanan lawan, memberikan umpan datar kepada Elano yang bebas tidak terjaga, pemain klub Galatasaray di Turki ini tanpa kesulitan mengarahkan bola ke pojok kiri gawang tanpa mampu dijangkau oleh Barry, yang bermain untuk klub Belgia, Lokeren. Pantai Gading baru bisa menciptakan gol konsolasi pada menit 79’ melalui tandukan Drogba hasil umpan lambung dari Yaya Toure. Bek dan kiper Brazil tampak terperangah melihat pergerakan Drogba dan menyangka pemain tersebut sudah berada dalam posisi offside, nyatanya pergerakan halus Drogba tersebut sama sekali tidak offside.
Gol Drogba tersebut membangkitkan semangat The Elephants untuk mengejar ketinggalan, namun seluruh penonton pada saat itu pasti sadar bahwa semua sudah terlambat. Keinginan kuat yang tiba-tiba muncul pada Pantai Gading untuk mengejar ketinggalan, membuat tensi pertandingan meningkat pesat, Kaka dan Kader Keita terlibat sebuah argumen yang mengakibatkan Kaka mendapatkan kartu kuning pada menit ke 85’. Hanya berselang tiga menit kemudian, Kaka tertangkap basah saat melayangkan sikutnya kepada (lagi-lagi) Keita, yang membuat pemain ini terjatuh sambil memegangi mukanya. Wasit tanpa ampun mengusir Kaka keluar, namun hal ini ternyata tidak memberikan perubahan apapun pada permainan, kecuali Julio Cesar yang beberapa kali harus jatuh bangun menghadang serangan The Ivorians.
Akan muncul sebuah pertanyaan di benak kita, saat melihat permainan Pantai Gading di 10 menit terakhir. Kenapa baru sekarang? Ya, apabila Pantai Gading bermain sejak awal dengan tempo dan pergerakan seperti itu, maka tentu kita akan melihat sebuah tontonan menarik antara jagoan dari Amerika Latin dan jagoan Afrika. Namun, nasi sudah menjadi bubur, Sven Goran Eriksson mungkin harus melecut semangat para pemainnya untuk tampil menggila saat menghadapi wakil Asia, Korea Utara di pertandingan terakhirnya. Di sisi lain, Brazil tampil nyaman dengan skema permainan yang diterapkan oleh Dunga, tidak heran karena mayoritas tim yang dibawa sudah mengenal karakter satu dengan yang lain, mereka sudah bermain bersama saat merebut piala Konfederasi di tempat yang sama, tahun lalu. Pada pertandingan terakhir melawan Portugal, Brazil dapat bermain lebih santai dengan menurunkan skuad pelapisnya, seperti Julio Baptista, Nilmar, Thiago Silva, Luisao, Grafite, dll. Apalagi Elano pada pertandingan dini hari tadi harus diganti keluar karena mengalami cedera, meskipun ofisial tim meyakinkan bahwa cedera Elano hanyalah cedera ringan.
Para pembaca izinkan saya melemparkan sebuah konspirasi untuk kita diskusikan dan pikirkan bersama. Adalah sangat menarik untuk mengetahui apa motif Kaka saat menyikut Keita, murni emosi yang tak terbendung ataukah sebuah strategi? Setelah sebelumnya mendapatkan kartu kuning, ada sedikit pikiran nakal dalam benak saya yang mengatakan bahwa mungkin aksi sikut Kaka tersebut adalah sebuah kesengajaan. Bagaimana bisa? Hitungannya begini, Brazil sudah pasti lolos ke babak selanjutnya dan pertandingan selanjutnya menghadapi Portugal adalah pertandingan yang tidak menentukan lagi, namun bukan tidak mungkin Kaka akan tetap di pasang oleh Dunga alih-alih mengistirahatkannya. Untuk menghindari cedera, lebih baik bagi Kaka di kartu merah pada pertandingan ini, dibandingkan harus berjudi pada pertandingan melawan Portugal. Kemudian Kaka sebelumnya pun telah mendapatkan kartu kuning, apabila pada pertandingan melawan Portugal ia dipasang dan mendapatkan kartu kuning lagi, maka ia akan absen pada babak 16 besar. Jadi saya hanya berfikir bahwa kartu merah yang diterima Kaka pada dini hari tadi ternyata tidaklah merugikan bagi dirinya, sebaliknya ia malah mempunyai kesempatan untuk istirahat, membersihkan kartu kuningnya, dan menghindari cidera pada saat yang bersamaan. Ditambah ekspresi Kaka yang tidak terlalu kecewa saat diusir keluar. Bagaimana menurut anda para pembaca sekalian?
Beralih ke pertandingan lainnya di Grup G, Portugal mencetak sebuah rekor kemenangan terbesar dalam ajang Piala Dunia, setelah menggilas Korea Utara dengan skor 7-0!. Berbekal kekalahan tipis saat kontra Brazil di pertandingan pertamanya, Korut harus mengakui perbedaan kualitas saat jumpa Portugal. Korut turun dengan pola defensif, pelatih Kim Jong Hun menumpuk lima pemain di belakang, empat di tengah dan hanya menyisakan Tae Se sendirian di depan. Ironisnya ternyata pola defensif ini malah menjadi senjata makan tuan, karena tidak dilengkapi dengan koordinasi yang baik antar lini. Seringkali para pemain bertahan Korea melakukan kesalahan-kesalahan elementer, seperti menutup ruang gerak, pressing yang lemah, salah membaca arah bola, dll. Pertandingan di babak pertama sendiri berjalan cukup alot, terutama setelah Raul Meireles membuka keunggulan Portugal memanfaatkan umpan terobosan yang cantik dari Tiago, skor 1-0 pada babak pertama. Di babak kedua, Portugal yang merupakan finalis Euro 2004, dan semifinalis Germany 2006, langsung meningkatkan tempo permainan, hasilnya sebuah kerjasama apik antara Hugo Almeida dan Meireles berujung pada gol kedua Portugal, oleh Simao. Tiga menit berselang giliran Almeida yang menceploskan bola ke gawang Myong Guk melalui sundulan, yang dilanjutkan oleh gol Tiago empat menit kemudian, skor 4-0 untuk Portugal. Kebobolan tiga gol dalam selang waktu hanya tujuh menit, jelas memberikan sebuah pukulan psikologis kepada Korea Utara. Liedson, Cristiano Ronaldo yang kembali terpilih sebagai Man of the Match, serta satu gol tambahan dari Tiago melengkapi pesta gol Portugal ke gawang Korut. Sebuah pertandingan yang luar biasa!
Ada dua perubahan yang dilakukan Carlos Quieroz pada skuad yang tampil malam ini, Deco dan Danny disimpan di bangku cadangan, sementara Tiago dan Simao masuk dalam starting line up. Terbukti keputusan Quieroz sangat tepat, kedua pemain tersebut menyumbangkan tiga gol dalam kemenangan Portugal. Tiago sendiri menurut saya seharusnya menjadi Man of the Match, karena pergerakan umpan-umpan terukurnya, serta tentu saja dua buah golnya, membuat lini tengah Portugal menjadi hidup. Tanpa mengesampingkan peran Deco, rasanya Tiago lebih pantas untuk mengawal lini tengah Portugal, kita bisa lihat pada saat ditahan imbang Pantai Gading, Deco tidak menunjukkan penampilan yang cukup baik. Korut sendiri tampaknya harus rela menghentikan kejutannya dalam grup G, dan bermain sebaik mungkin untuk menghindari kekalahan telak saat menghadapi pantai gading. Dengan kemenangan ini, Portugal rasanya sudah menapakkan kaki ke babak 16 besar menemani Brazil, dengan catatan tidak kalah lebih dari dua gol saat sua Brazil di pertandingan terakhir, serta Pantai Gading tidak menang dengan selisih lebih dari tujuh gol saat jumpa Korut. Jadi saya meramalkan sebuah pertandingan yang kurang antusias saat Portugal kontra Brazil, karena kedua tim mungkin ingin menyimpan tenaganya untuk babak 16 besar. (G.A.S)
Grup H
Oleh Irvan Ridwansyah
Chile akhirnya memastikan langkahnya di Grup H untuk berlaga di babak 16 besar setelah mengalahkan Swiss di Nelson Mandela Bay, Port Elizabeth dengan skor tipis 1-0. Chile berhasil mengemas total sementara 6 poin. Swiss sendiri, yang meraih total sementara 3 poin, sejak menit ke-31’ bermain dengan 10 pemain, akibat ulah Behrami terhadap pemain Chile yang berbuah kartu merah. Ini menjadi suatu pertanyaan besar, mengingat pada pertandingan di Grup G ketika Kaka’ diganjar kartu kuning untuk kedua kalinya dan berujung pada karu merah. Apakah dengan tensi pertandingan yang sudah memanas mebuat keputusan wasit menjadi meleset atau memang sudah tepat? Bagaimana pendapat pembaca?
Permainan ultra defensive pun dimainkan oleh Swiss demi membendung serangan yang dari Chile hingga babak pertama usai. Ottmar Hitzfeld pun sejak awal mengisntruksikan para pemainnya untuk bermain bertahan dan lebih menggunakan senjatanya, berupa serangan balik yang cepat dan efektif. Hitzfeld memang merupakan pelatih yang mempunyai karakter permainan dengan serangan balik yang cepat dan pertahanan yangh ketat nan disiplin. sedangkan Chile, dengan pelatihnya Marcelo Bielsa merupakan pelatih dengan karakter permainan menyerang juga agresif. Penguasaan bola jadi kartu as-nya.
Jalanya pertandingan bergitu keras dan penuh kontak fisik antar pemain. Kartu merah yang didapat Behrami serta sembilan kartu kuning yang dikeluarkan wasit Khalid Al Ghamdi merupakan buktinya. Permainan pun sempat sedikit ricuh pada menit ke-60 akibat selisih antar pemain. Ketatnya pertahanan Swiss merupakan penyebab frustasinya serangan Chile, karena umpan maupun tusukan yang diciptakan oleh Sanchez di sisi kiri seringnya dapat diredam oleh penampilan Benaglio (kiper Swiss) yang cukup baik dan berani. Swiss pun tidak lantas tampil negative, banyak beberapa serangan yang dibangun oleh Ziegler dkk di babak pertama dan sesekali di babak kedua, dapat dipatahkan oleh lini tengah Fernandes-Carmona-Vidal.
Babak pertama, pergerakan pemain Swiss memang masih mampu untuk bermain di daerah lawan, namun sejak babak kedua dimulai hingga babak usai, pergerakan pemain Swiss hanya berada di daerahnya sendiri. Sedangkan Chile tampil kian agresif. Pada laga itu, penampilan Sanchez sangat baik di sisi kanan begitu juga dengan pergerakan Beausejour di sisi kiri tapi lemah dalam finishing. Penyelesaian akhir Chile pun memang harus diperbaiki pada laga selanjutnya. Pasalnya Chile mendapatkan banyak peluang berharga dari beberapa pemain seperti sudulan M.Gonzalez pada menit ke-56 yang masih melayang di atas mistar gawang dan peluang di menit-menit awal yang mampu diredam oleh Benaglio.
Kedua tim, pada laga sebelumya telah meraih angka maksimal, oleh karena itu untuk mengamankan posisi mereka masing-masing di babak ke-16 besar, kemenangan adalah kunci utama. Pemain pun bermain habis-habisan hingga babak usai. Gol kemenangan Chile berawal dari terobosan yang cantik dari lini tengah La Roja yang disambut baik oleh Paredes yang kemudian memberikan M. Gonzalez umpan lambung dan diselesaikan dengan tandukan yang mengecoh Lichtsteiner. GOLL!!. Skor 1-0 untuk Chile hingga babak usai. Meskipun bermain dengan 10 pemain, pertahanan Swiss cukup sulit ditembus oleh pasukan Chile. Ball possession pada laga ini jadi milik Chile dengan 58% dan Swiss-42%.
Beralih ke Ellis Park Stadium, Johannesburg dimana tim matador berhasil menanduk Honduras dengan skor 2-0. David Villa bermain sangat baik dengan dua gol yang disarangkan di menit ke-17’ dengan menyusuri sisi kiri lapangan dan mengecoh dua pemain Honduras setelah itu melesakan bola ke jala Valladares, dan gol kedua di menit ke-51’ tercipta berkat pergerakan pemain Barcelona ini yang apik sehingga memberikan ruang bebas untuk melakuakn shoot dan Gol!!. Ada beberapa faktor yang membuat pertandingan berhasil diungguli oleh Spanyol. Pertama, hadirnya striker berbahaya Fernando Torres di starting line-up memberikan amunisi bagi tim matador. Kehadiran El Nino memang penting, karena pergerakan David Villa jadi lebih bebas, sesuai dengan posisi terbaiknya dan hal ini terbilang efektif pada laga melawan Honduras. Pemain lain yang patut dicungi jempol ialah permainan Jesus Navas. Gelandang serang Sevilla ini memang memiliki karakter pemain yang bertehnik tinggi dan pekerja keras. Selain memilliki visi yang baik dalam menyerang, ia juga memiliki tendangan yang keras. Kemudian, hadirnya Cesc Fabregas yang menggantikan Xavi di menit ke-66’ memberikan rasa yang berbeda dengan permainan Spanyol yang terbilang mandul pada laga melawan Swiss pekan lalu. Mungkin, itulah beberapa faktor yang membuat permainan Spanyol sangat harmonis lini per lini. Banyak peluang tercipta, namun karena nafsu yang sangat besar dalam meraih kemenangan membuat Spanyol terburu-buru dalam eksekusi. Misalnya saja, penalty yang diambil oleh David Villa meleset di sisi kiri bawah tiang gawang Valladares.
Akibat penguasaan bola yang jarang terputus distribusi bolanya di setiap pos pemain Spanyol, membuat permainan Honduras menjadi tidak efektif. Peran ini memang sangat baik dimainkan oleh Xavi di lini tengah Spanyol dan kemudian Fabregas di pertengahan babak kedua. Raihan poin penuh ini mengantarkan asa bagi spanyol untuk mendapatkan satu tiket melaju ke babak 16 besar. Posisi puncak Grup H diduduki oleh Chile yang berhasil menekuk Swiss 1-0, tadi malam. Kemudian, Spanyol di posisi kedua dan Swiss di posisi ketiga membayangi pergerakan Chile, sedangkan Honduras berada di posisi buncit dan di tetapkan tidak lolos pada babak berikutnya.
Spanyol sangat butuh kemenangan pada laga melawan Chile. 1-0 pun itu cukup buat spanyol. Namun, apabila Swiss juga berhasil menang melawan Honduras, bukan berarti Chile tidak akan lolos ke bebak 16 besar. Chile pun hanya butuh hasil imbang demi mengamankan tiket ke babak 16 besar. Masalah yang terjadi di Grup H adalah bahwa siapa yang menduduki posisi runner-up kemungkinan akan mengahadapi juara Grup G. Brazil mempunyai peluang terbesar menjadi juara Grup G. jadi, apabila Spanyol meraih posisi runner-up, bukan tidak mungkin akan menghadapi tim Selecao. Oleh karena itu, Spanyol berniat untuk meraih posisi puncak Grup H demi mengnhindari laga tersebut. Chile, Spanyol dan Swiss merupakan tim dari Grup H yang masih memiliki peluang untuk lolos ke babak 16 besar. Lalu, kita nantikan saja, siapakah yang akan menjadi runner-up dan juara Grup H. akankah Spanyol bertemu Brazil di laga berikutnya, babak 16 besar? Mungkin saja. (Irv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar