Grup G
*oleh Irvan Ridwansyah
Grup G adalah grup neraka! Begitu lah banyak orang mengatakan. Grup ini diisi oleh empat negara yang berasal dari benua berbeda, Portugal dari eropa, Brazil dari Amerika (Latin), Korea Utara dari Asia, serta Pantai Gading dari Afrika. Partai yang paling ditunggu memang partai antara Brazil kontra Portugal.
Dari Nelson Mandela Bay, Port Elizabeth, pertandingan Pantai Gading versus Portugal telah digelar. Hasil dari pertandingan ini memang imbang tanpa gol, namun setidaknya kedua kubu harus puas dengan berbagi poin 1. CR7 menjadi sorotan mata dunia, mengingat pemain ini merupakan pemain yang fenomenal. Fokus pada bintang utama Portugal, Ronaldo, pada pertandingan ini secara keseluruhan terbilang baik. Meskipun, ia tidak berhasil mengantar Portugal dalam meraih angka penuh, CR7 malah mendapatkan katu kuning dari wasit Viktor Kassai. Ajaibnya, FIFA secara resmi menobatkan CR7 sebagai Man of The Match.
Berlanjut pada jalannya pertandingan di babak pertama, Portugal lebih berinisiatif dalam mengatur serangan dan penguasaan bola. Jelas memang, karena Portugal memakai formasi 4-3-3 dengan gaya permainan menyerang untuk menciptakan gol di menit-menit awal. Dengan Deco sebagai gelandang kreatif, R. Meireles sebagai gelandang berstamina, serta Ronaldo yang diberi ruang lebih oleh pelatih Queiroz dan dengan cakupan wilayah yang lebih luas (free role). Namun, pada aplikasinya, Ronaldo, pada babak pertama, bermain terlalu ke dalam. Gerak Ronaldo ini sedikit menggangu gerak Deco yang mengambil peran sebagi playmaker. Bentrok peran dari kedua pemain tersebut. Sekadar info, keadaan ini sudah pernah dijelaskan oleh Bung Ganjar dalam analisisnya tentang kelemahan lini tengah Belanda pada babak pertama. Oleh karena itu, serangan Portugal menjadi kurang efektif dan mampu diredam oleh pertahanan Pantai Gading yang dinilai sangat baik hingga babak pertama berakhir. Alhasil, alur serangan tidak terlalu sering menyengat jantung pertahanan Pantai Gading. Lini belakang dan tengah Pantai Gading cukup berhasil mengamankan serangan Portugal berada jauh 30 Meter dari gawang Pantai Gading.
Dari pihak Pantai Gading, pasukan Sven Goran Eriksson bermain minus sang kapten, Didier Drogba pada awal pertandingan. Drogba baru dimasukkan pada pertengahan babak kedua, tepatnya menit ke 65’. Drogba dinilai belum fit, akibat cedera bahunya. Namun Eriksson butuh dukungan moral bagi pemain lain yang mulai sedikit kelelahan. Kehadiran Drogba juga memberikan semangat bagi serangan yang dilancarkan oleh Pantai Gading. Serangan Pantai Gading memang lebih intens dan berbahaya pada babak kedua. Hal ini memang wajar, karena Portugal sedikit frustasi dan kelelahan dalam usahanya menembus jantung pertahanan musuh. Ball possession pada pertandingan ini pun berakhir imbang 50-50. Dengan memakai formasi 4-3-3, Pantai Gading malah cenderung bertahan, namun tetap mampu melancarkan beberapa serangan yang efektif. Pantai Gading memang merupakan tim yang bermental defensive dengan baik, sangat berbeda dengan Portugal yang memiliki karakter permainan yang bermental menyerang. Pertahanan Pantai Gading yang dihuni oleh Zokora-Toure-Demel dan Tiene dinilai solid dan mampu meredam gerak Danny dan CR7. Hasil imbang memang merupakan hasil terbaik. Inilah kepiawaian Eriksson dalam meramu tim Pantai Gading, sehingga mampu mengimbangi Portugal yang penuh pemain bintang.
Beralih pada partai selanjutnya. Brazil Versus Korea Utara yang berlangsung di Johannesburg, Ellis Park Stadium dalam temperatur 3°C. Pertandingan ini sangat menarik. Karena banyak yang berpendapat bahwa pertahanan Korea Utara sangat disiplin. Brazil pun mempunyai rekor yang kurang baik dalam menghadapi tim yang memiliki pertahanan yang disiplin, serperti ketika melawan Bolivia di babak kualifikasi PD 2010 zona Amerika Selatan dengan skor kacamata (0-0).
Fokus saya pada partai ini adalah bahwa seberapa kuat pertahanan Korut dalam membendung tiga gelandang serang terbaik Brazil; Kaka’-Elano-Robinho. Yang terjadi adalah luar biasa mengejutkan!. Korut mampu membendung serangan Brazil hingga akhir babak pertama+10 mnt di babak kedua. Hingga akhirnya, Maicon pada menit 55’ merobek jala lawan dari sudut sempit. Lalu 17 menit kemudian, Elano berhasil menjebol gawang Ri Myong Guk. Setelah itu, Brazil merasa sudah aman, sehingga menarik pemain kunci mereka, seperti Elano, Kaka dan Melo. Namun, keputusan Dunga itu malah membuat Brazil kecolongan. Gol gelandang kanan Korut, Ji Yun Nam sempat membuat Brazil terkejut. Korea utara, meski kalah, patut diacungkan jempol. Mengingat pertahanannya mampu membuat para gelandang serang Brazil yang berkelas, Kaka-Elano-Robinho, kesulitan untuk menusuk dari sisi tengah. Alhasil, serangan dialihkan ke sisi lapangan, tepatnya sisi kanan yang didiami oleh Maicon.
Overall, Good Job buat Korut yang cukup kuat menahan serangan Brazil hingga menit ke-55. Juga, berhasil mencetak Gol balasan ke gawang World-Class Team. Sedangkan Brazil, untuk sementara memuncaki klasemen Grup G dengan poin 3, diikuti dengan Portugal dan Pantai Gading dengan poin 1. Korut berada di kaki klasemen Grup G. (Irv)
Grup H
*Oleh G.A.S
Grup terakhir dalam turnamen Piala Dunia dibuka oleh laga antara Honduras melawan Chile. Perwakilan dari benua Amerika ini menyajikan sebuah partai yang cukup menarik dimana Chile lebih mendominasi permainan. Pelatih Chile Marcelo Bielsa, yang juga merupakan mantan pelatih timnas Argentina, menurunkan strategi menyerang demi mengamankan tiga poin. Hal ini dibuktikan oleh skuad Chile dalam menghadirkan serangan-serangan yang sangat impresif ke gawang Honduras. Winger muda berbakat Alexis Sanchez, Jean Beausejour, Arturo Vidal dan Mauricio Isla tampak tidak pernah berhenti berlari dan melakukan usaha-usaha untuk mengancam gawang lawan. Beausejour membawa Chile memenangkan pertandingan ini melalui golnya pada menit ke 34. Berawal dari umpan terobosan yang sangat cantik dari Arturo Vidal, disambut oleh Mauricio Isla yang merengsek ke sisi kanan pertahanan lawan dan mengirimkan umpan datar ke tengah, dan diakhiri oleh sontekan Beausejour, skor 1-0 untuk Chile.
Tidak banyak yang bisa dicatat dari kubu Honduras, mereka tampak tidak mampu mengimbangi agresivitas Chile, dan malah tenggelam dalam dominasi serangan-serangan Chile. Total Shot on goal yang dilakukan oleh Honduras selama pertandingan adalah 7 kali, bandingkan dengan Chile yang menghasilkan 20 tembakan ke gawang. Permainan agresif Chile terus berlangsung hingga pertandingan usai, dan menghadirkan beberapa peluang emas melalui Vidal, Ponce maupun Sanchez. Namun hingga wasit meniup peluit akhir, skor tetap tidak berubah. Menarik melihat bagaimana agresivitas Chile dibangun diatas sebuah permainan cepat dan umpan-umpan pendek yang efektif, konsistensi mereka dalam menerapkan strategi ini patut diacungi jempol, dan tentu saja membawa harapan terutama bagi Amerika Latin, untuk melihat banyak wakilnya berada di babak selanjutnya.
Kita pindah ke kota Durban di provinsi , dimana kejutan terbesar sampai sejauh ini, terjadi di partai kedua grup H antara juara Eropa Spanyol berhadapan dengan Swiss. Ya, Swiss berhasil mendekonstruksi metanarasi juara Eropa Spanyol, dengan skor tipis 1-0, sekaligus menjungkir balikkan prediksi dan harapan banyak orang yang ingin melihat kemenangan Spanyol. Turun dengan formasi yang digunakan saat ujicoba menjelang Piala Dunia, Spanyol menggantungkan David Villa sendirian didepan, didukung oleh Iniesta dan David Silva, sedangkan Ottmar Hitzfield di kubu Swiss menampilkan formasi tradisional 4-4-2 dengan Eren Derdiyok dan Nkufo sebagai ujung tombak.
Swiss pada pertandingan ini sebetulnya bermain agak lambat dan lebih banyak bermain di daerah mereka sendiri, untuk kemudian mengandalkan serangan balik. Bisa kita lihat dari gol semata wayang mereka, dimana hanya ada dua pemain Swiss yang terlibat dalam gol ini, yaitu Derdiyok dan Fernandes. Hitzfield menerapkan strategi yang sangat efektif, untuk membungkam agresivitas Spanyol tentu dibutuhkan jarak yang rapat antar lini sehingga permainan kreatif dari para jugador Spanyol tidak akan berkembang. Saya melihat bahwa Hitzfield melakukan hal yang tepat dengan mematikan Xavi, dialah motor serangan Spanyol yang sesungguhnya, melalui umpan-umpannya lah bola dialirkan dari belakang ke depan, dan dalam pertandingan ini Xavi lebih banyak berfungsi sebagai pengambil tendangan penjuru bagi Spanyol. Adalah gelandang Gokhan Inler dan Huggel yang bertanggung jawab dalam mematikan kreativitas lini tengah Spanyol, mereka berdua tampil efektif dalam meredam agresivitas lawan.
Spanyol memiliki peluang menyamakan kedudukan jika saja tendangan keras dan terarah dari luar kotak penalti yang dilepaskan oleh Xabi Alonso, tidak menemui mistar gawang Diego Benaglio pada menit 70. Benaglio sendiri bermain cukup baik pada pertandingan tersebut, dengan mementahkan beberapa peluang emas Spanyol. Namun, yang menarik adalah lima menit kemudian, peluang emas Swiss pun dimentahkan oleh mistar gawang Casillas, pergerakan cantik yang dilakukan Derdiyok berhasil melewati dan menipu Puyol, Pique dan Casillas, namun sayang sontekannya masih membentur mistar gawang.
Para pendukung Spanyol jelas akan menyalahkan keberuntungan yang menjauhi tim pujaan mereka, akan tetapi saya melihatnya sedikit berbeda. Pada pertandingan ini Spanyol memang tampil menyerang, namun lebih banyak bergantung pada skill individu para bintang-bintangnya, bukan melalui sebuah skema penyerangan yang dirancang dengan baik. Sebutkan seluruh nama pemain Spanyol, saya yakin anda mengenal semuanya, akan tetapi seperti yang dikatakan oleh seorang teman, bertabur bintang tentu bukan jaminan, apabila skema permainan tidak berjalan dengan seharusnya. Lihat bagaimana minimnya koordinasi pertahanan Spanyol menghadapi bola liar yang digiring oleh Eren Derdiyok, yang kemudian berhasil didorong masuk ke gawang oleh Gelson Fernandes. Pada saat itu, Puyol, Ramos dan Capdevilla malah hanya bisa diam melihat Fernandes mencetak gol di depan matanya sendiri. Intinya Spanyol bermain kurang menggigit pada pertandingan ini, masih jauh dari pengharapan sebuah skuad yang bertabur bintang. David Villa terlihat sedikit kerepotan bermain sendirian didepan tanpa rekan idealnya Fernando Torres yang kurang fit karena cidera. Strategi pergantian pemain yang dilakukan oleh Del Bosque pun tampak sia-sia, Jesus Navas, Pedro dan Torres yang masuk di babak kedua, tidak berhasil memberikan kontribusi yang nyata bagi permainan Spanyol.
Selanjutnya Del Bosque harus memikirkan bagaimana menyatukan bintang-bintang dalam timnya, Swiss dan juga Pantai gading (lihat analisa bung Irvan mengenai keberhasilan Eriksson meramu skuad Pantai Gading) membuktikan bahwa kekompakan tim lebih menjanjikan daripada skill individual. Biar bagaimanapun skill individual yang baik harus didukung oleh harmonisasi tim yang baik. Mungkin Del Bosque harus segera menduetkan Villa dengan Torres, kalau memang Torres belum fit bisa diduetkan dengan Llorente, paling tidak Villa tidak sendirian berjibaku dengan bek-bek lawan. Kemudian, pasang Arbeloa sejak awal karena Capdevilla kurang maksimal dalam bertahan, lalu Cesc Fabregas seharusnya menjadi alternatif saat tim sedang mengalami kebuntuan, karena pergerakan pemain yang masih menjadi target Barcelona ini seringkali mengejutkan. Dan terakhir mungkin kombinasi David Silva dengan Andres Iniesta terlihat berlebihan, salah satu dari mereka saja seharusnya sudah cukup untuk berada di belakang penyerang.
Hitung-hitungan posisi di grup H ini memang sangat menarik, dimana Chile bertengger dipuncak dengan poin 3, diikuti oleh Swiss dengan poin yang sama, Honduras diposisi ketiga dengan poin 0, dan Spanyol harus tercecer di peringkat buncit dengan poin 0. Diluar itu, peluang Spanyol masih terbuka karena mereka akan menjamu Honduras yang secara kualitas masih berada dibawah sang juara Eropa, sementara kedua pemuncak klasemen akan saling baku hantam pada pertandingan selanjutnya. Namun mari kita sedikit berandai-andai, let’s say Swiss atau Chile berhasil menduduki peringkat pertama grup H, sedangkan Spanyol harus puas berada diposisi kedua, maka Spanyol sebagai runner-up grup H akan bertemu dengan juara grup G, yang kemungkinan besar diisi oleh Brazil. Spanyol vs Brazil pada babak 16 besar? Wow sebuah clash of the titans yang terlalu dini tampaknya, namun ini semua hanyalah andai-andai belaka, masih ada dua pertandingan lagi yang harus dimainkan, setelah pertandingan kedua barulah kita mulai berhitung, dan jangan lupa, ini adalah sepakbola ; apapun bisa terjadi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar