Minggu, 20 November 2011
Grup D
Piala Dunia 2010 telah memasuki hari ketiga, Korea Selatan di grup B menghadirkan sebuah kejutan dengan menumbangkan juara Eropa 2004, Yunani yang tampil sangat membosankan, dengan skor 2-0 melalui permainan yang simpel. Sementara itu Argentina berhasil menekuk Nigeria 1-0, meskipun sepanjang pertandingan para penyerang Argentina dibuat frustasi dengan penampilan gemilang kiper Vincent Enyeama. Di Grup C, Inggris dipaksa bermain imbang oleh Amerika Serikat yang bermain cukup berani, setelah sebuah blunder yang dilakukan oleh Robert Green menghapuskan keunggulan Inggris melalui Steven Gerrard di awal pertandingan. Isyarat bahwa Capello akan menurunkan kiper muda berbakat Joe Hart? Patut kita nantikan. Di lain pihak, Slovenia mengambil alih pimpinan klasemen grup C, setelah mengalahkan Aljazair dengan skor tipis 1-0, lewat gol tunggal kapten Robert Koren di menit 79.
Kita langsung menuju grup D, dimana Serbia ditekuk oleh tendangan penalti di menit ke 85, setelah pemain pengganti, Zdravko Kuzmanovic dianggap melakukan handsball di kotak penalti Serbia. Tendangan penalti yang dilakukan oleh Asamoah Gyan, memastikan 3 poin bagi Ghana sekaligus menandakan kemenangan pertama untuk wakil Afrika di ajang ini. Ghana sendiri tampil sangat siap pada pertandingan ini, meskipun harus kehilangan Michael Essien karena cedera, namun Anthony Annan, Andre Ayew dan Kwadmo Asamoah tampil cukup apik menguasai lini tengah Ghana dan memberikan tekanan pada lini tengah Serbia yang dikomandoi oleh Dejan Stankovic. Ditambah, sebuah penampilan gemilang dari Asamoah Gyan yang terpilih sebagai Man of the Match pada pertandingan tersebut.
Serbia sebelumnya harus bermain dengan sepuluh pemain, setelah Aleksandar Lukovic mendapatkan dua kartu kuning. Pada pertandingan tersebut, kedua tim tampil sama baik, namun memang Ghana lebih tampil ngotot dibandingkan dengan Serbia. Rasanya faktor fisik cukup mempengaruhi jalannya pertandingan, Serbia tampak kurang siap secara fisik dan strategi yang pas untuk meladeni perlawanan Ghana yang diisi pemain-pemain yang kuat berlari dan beradu fisik selama 90 menit. Kemudian, Serbia pun tidak didukung oleh striker tajam, duet Zigic dan Pantelic terasa kurang efektif baik dari segi pergerakan, maupun kesiapan menyambut umpan. Dengan tipe striker “Tower” semodel Zigic, mungkin Radomir Antic dapat memasangnya sendirian didepan, dengan menempatkan Milos Krasic dibelakangnya yang bermain bebas, sedangkan posisi Krasic bisa diisi oleh winger muda Zoran Tosic yang memiliki pergerakan cukup lincah.
Beralih ke Durban, sebuah kota di pesisir pantai yang sangat indah, kita melihat bagaimana Jerman mengajarkan Australia cara bermain sepakbola. Dua gol pada babak pertama oleh dua striker yang musim lalu tidak menjalani musim yang cukup baik bersama klub mereka, yaitu Podolski dan Klose, kemudian dilanjutkan oleh Mueller dan Cacau pada babak kedua. Skor akhir 4-0 cukup memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kelas antara kedua tim, namun bukan itu saja, Jerman yang mayoritas diisi oleh skuad muda melawan Australia yang mayoritas diisi oleh skuad tua. Mari kita lihat mayoritas skuad yang diturunkan Pim Verbeek, mulai dari Schwarzer (38 tahun), Chipperfield & C.Moore, yang saat ini tidak memiliki klub (35 tahun), L.Neill (32 tahun), Cahill, Emerton dan Grella (31 tahun),dan Jason Culina (30 tahun). Para tetua ini harus meladeni para pemain muda nan energik yang diturunkan oleh Joachim Loew, sebut saja Mueller (21 tahun), Ozil (22 tahun), Khedira (23 tahun), Podolski (24 tahun), Schweinsteiger & Mertesacker (26 tahun). Umur memang tidak dapat dijadikan patokan keberhasilan sebuah tim, akan tetapi melihat bagaimana mudahnya lini belakang Australia diacak-acak oleh Jerman, tentu faktor usia bisa kita majukan sebagai salah satu argumen dalam melihat kekalahan Australia.
Selain itu Australia pun bermain tanpa semangat dan determinasi, ditambah lemahnya koordinasi antar lini, membuat Jerman dapat bergerak sangat leluasa. Satu yang pasti, yang harus dilatih kembali oleh Verbeek adalah bagaimana cara menghalau atau memotong umpan terobosan, terbukti 3 dari 4 gol Jerman diawali oleh umpan-umpan terobosan, tanpa menyebutkan sejumlah peluang Jerman yang didapat melalui killer pass seperti itu. Terlepas dari minimnya kualitas dan determinasi Australia, ada satu pemain Jerman yang terus berada di benak saya sejak partai-partai kualifikasi Piala Dunia lalu hingga saat ini, Mesut Oezil! Pergerakannya yang lincah, didukung skill yang luar biasa, membuat saya menobatkannya menjadi Man of The Match pada partai ini, meskipun situs FIFA menetapkan Lukas Podolski sebagai MoM. Pantas saja Bremen berani melepas pemain kunci seperti Diego ke Juventus pada musim lalu, ternyata memang karena Bremen telah memiliki pengganti yang sepadan, Mesut Oezil.
Ketidak hadiran Michael Ballack karena cedera pun tidak terlalu berpengaruh pada permainan Jerman, Sami Khedira mampu melakukan tugasnya dengan baik di lini tengah bersama Oezil, Schweinsteiger dan Mueller. Namun, saya pribadi tidak berani menilai Jerman terlalu tinggi, argumen utamanya memang dikarenakan kualitas permainan yang dihadirkan oleh tim lawan, sangatlah buruk. Kiprah Jerman masih harus dibuktikan lagi, mengingat Serbia, yang harus tampil mati-matian untuk mengamankan posisi mereka dalam grup D, sudah menanti pada pertandingan selanjutnya. Sementara itu, Australia harus segera membenahi koordinasi antar lini mereka, jika tidak ingin dipermalukan Ghana yang ingin segera mengamankan posisi mereka di klasemen. (G.A.S)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar