Grup E
*Oleh G.A.S
Belanda membuka pertandingan pertama mereka di grup E dengan kemenangan atas wakil eropa lainnya, Denmark. Bermain dengan tiga gelandang serang Van der vaart, Sneijder dan Kuyt, yang menopang stiker tunggal Robin Van Persie, membuat skema penyerangan Belanda tampak sangat menjanjikan. Akan tetapi jujur saja, permainan Belanda pada babak pertama sangatlah hambar, pola serangan yang dirancang oleh Van Marwijk tidak berjalan dengan baik. Argumen pertamanya adalah kehadiran dua orang playmaker yang beroperasi kurang lebih di daerah yang sama, Van der Vaart awalnya ditempatkan di kiri, sedangkan Sneijder di tengah, akan tetapi karena mereka berdua memiliki tipe yang sama, maka sering kali mereka berada pada area yang sama dalam setiap serangan Belanda. Hal ini tentu tidak efektif mengingat Van der Vaart sering meninggalkan posnya untuk bermain lebih ke tengah, sementara Sneijder pun kurang sigap meng-cover seringnya swap positioning yang dilakukan Van der Vaart. Argumen yang kedua adalah Van Persie baru saja sembuh dari cidera hanya beberapa saat sebelum keberangkatan tim ke Afsel, sehingga terlihat pergerakannya kurang maksimal, tidak seperti ketika ia membela klubnya, Arsenal. Mungkin Huntelaar lebih siap menempati posisi striker tunggal.
Dibabak kedua, Belanda unggul cepat setelah sebuah umpan silang Belanda, salah diantisipasi oleh Simon Poulsen yang menanduk bola mengenai badan Daniel Agger dan kemudian merubah arah bola menuju gawang Denmark, skor 1-0. Kemudian, Van Marwijk menarik Van der Vaart keluar dan menggantinya dengan winger muda berbakat, Eljero Elia. Setelah Elia masuk, serangan Belanda menjadi lebih hidup, Sneijder bisa lebih fokus menjalankan tugasnya sebagai motor serangan di tengah. Pada menit ke 85, Elia melakukan sebuah shooting yang dapat di blok oleh kiper Denmark, Sorensen, namun bola tersebut menghampiri Kuyt yang tanpa kesulitan menceploskannya ke gawang Denmark, skor 2-0.
Denmark sebetulnya bermain baik, terutama lini pertahanan mereka yang cukup terorganisir, hanya saja kedua gol Belanda membuktikan bahwa konsentrasi mereka tidak cukup maksimal dan harus menerima bahwa kedua gol tersebut disebabkan oleh mereka sendiri. Bek muda berbakat yang terus dipantau oleh klub-klub besar Eropa, Simon Kjaer tampil cukup solid bersama Daniel Agger. Kedua sayap mereka, Kahlenberg dan Rommedahl pun tampil baik dan sering mengancam gawang Stekelenburg, namun penyelesaian akhir memang masih menjadi kendala bagi lini depan Denmark. Mereka harus segera berbenah, terutama mengasah konsentrasi lini belakang mereka saat menjamu Kamerun pada pertandingan selanjutnya.
Beralih ke Free State Stadium di Bloemfoentein, Jepang mencetak kemenangan pertama mereka dalam turnamen Piala Dunia yang digelar di tanah asing, setelah menekuk Kamerun 1-0. Bintang muda Jepang yang bermain untuk CSKA Moskow, Keisuke Honda mencetak gol setelah menerima umpan Daisuke Matsui dari sisi kanan pertahanan Kamerun, pada menit 39. Peluang terbaik Kamerun terjadi pada menit ke 86, saat tendangan Stephane Mbia dari luar kotak penalti hanya mengenai mistar gawang Jepang, satu inci saja lebih rendah maka kita mungkin akan melihat gol terindah sampai sejauh ini. Secara keseluruhan penampilan Kamerun kurang memuaskan, mereka baru bermain ‘serius’ di 10 menit terakhir babak kedua. Kapten Kamerun Samuel Eto’o pun tidak terlalu menonjol pada pertandingan ini, mungkin ini disebabkan oleh kurangnya pasokan bola ke lini depan Kamerun. Formasi 4-5-1 yang diterapkan oleh Takeshi Okada terbukti mampu meredam agresivitas lini tengah Kamerun yang dikomandoi Jean Makoun. Honda yang berperan sebagai second striker membuktikan peran intinya dalam skema penyerangan Jepang. Bagaimana kelanjutan kiprah Jepang saat menghadapi Belanda pada pertandingan selanjutnya? Pasti akan sangat menarik! Kemudian, dengan berharap kekalahan Jepang atas Belanda, ataupun sebaliknya, maka duel antara Denmark melawan Kamerun juga pasti akan berlangsung cukup seru, mengingat disinilah peluang mereka untuk mendapatkan poin demi membuka peluang mereka lolos ke babak selanjutnya. (G.A.S)
Grup F
*Oleh Irvan Ridwansyah
Dari Cape Town-Green Point Stadium, laga Piala Dunia 2010 di Grup F diawali dengan duel antara Gli Azzuri kontra Paraguay. Dua kubu ini sebelumnya pernah bertemu pada piala dunia ’98, dengan skor 3-1 untuk kemenangan Italia. Namun, pada pertemuan tersebut, Paraguay berhasil menahan imbang sang juara bertahan Italia dengan skor 1-1. Di dalam cuaca 8 derajat celcius plus hujan yang cukup mengganggu, permainan berjalan seru dengan dominasi Italia dalam pertandingan tersebut. Italia masuk lapangan dengan formasi 4-2-1-3 yang tampil menyerang. Komposisi squad yang dipilih oleh Marcello Lippi, memadukan antara pemain lama dengan pemain yang lebih muda, namun minim pengalaman dalam Piala Dunia. Sedangkan formasi yang diterapkan oleh Paraguay adalah 4-4-2 dengan Nelson Valdez sebagai second striker dibelakang Barrios, dan minus Roque Santa Cruz di lini depan.
Pertandingan diawali dengan serangan Italia yang cepat dan dengan penguasaan bola di lapangan tengah. Riccardo Montolivo pada babak pertama bermain cukup rapi bersama De Rossi dan Marchisio, bagitu juga dengan Simone Pepe yang berhasil mengacak-acak sisi kanan pertahanan lawan. Formasi yang diterapkan oleh Lippi ini menyajikan permainan yang offensive dengan adanya tiga penyerang di lini depan. Ini berbeda dengan karakter Italia yang cenderung bermain dengan gaya episodik, yakni permainan yang lambat dan cenderung defensive, serta melancarkan serangan balik yang tiba-tiba dan mematikan. Permainan Italia tadi malam pun, terkesan agak terburu-buru. Banyak passing dari lini tengah Italia kurang terarah. Maklum saja, Italia masih bergantung pada peranan Pirlo di lini tengah. Begitu juga dengan lini belakang, kelengahan Canna, yang gagal menghadang serangan Paraguay dari bola mati malah berbuah Gol. Sebuah tendangan bebas Paraguay, disambut dengan sudulan dari Alcarez, 1-0 untuk Paraguay.
Pertengahan babak kedua, Italia patut berterima kasih kepada Danielle De Rossi yang mampu memaksimalkan kemelut di depan gawang menjadi sebuah gol penyeimbang. Serangan yang terus-menerus dilakukan oleh italia akhirnya berhasil. Pertandingan kemudian masih dikuasai Italia, Marcello Lippi kemudian mencoba merubah pola serangan dengan memasukan Camoranesi demi memperkuat lini tengah, dan Di Natale untuk memecah kebuntuan. Formasi Italia berubah menjadi 4-4-2 demi menciptakan permaianan yang lebih stabil. Namun hal ini tidak mengubah hasil pertandingan, yang berakhir imbang 1-1 hingga peluit akhir.
Dalam pertandingan ini, Paraguay belum mampu memperlihatkan permainannya yang menyerang, hal tersebut dikarenakan lemahnya koordinasi dalam penguasaan bola di lini tengah yang dimainkan oleh Caceres-Riveros-Torres-Vera. Hal ini membuat suplai bola ke lini depan semakin minim. sebaliknya, lini pertahanan Paraguay bermain cukup baik, dengan menggagalkan banyak peluang yang didapat oleh Italia. Duet bek Alcaraz dan Da Silva mampu meredam aksi Gilardino, sedangkan Villar mampu mamatahkan tendangan jauh Montolivo dkk. Sementara itu, Kabar buruk dari tim Italia, adalah cederanya Gigi Buffon. Pada pertandingan tadi malam, Buffon diganti Federico Marchetti pada awal babak kedua.
Pada pertandingan selanjutnya, New Zealand bertemu dengan Slovakia. Pertandingan yang berlangsung di Royal Bafokeng Stadium, Rustenburg, berjalan dengan serangan-serangan yang terbilang berani. Permainan tidak terlalu monoton, namun berlangsung keras. Hal ini karena kedua tim bermain lebih terbuka. Slovakia bermain menyerang dengan formasi 4-1-3-2, dengan menggantungkan harapan berupa penguasaan dan suplai bola dari ketiga pemain tengahnya, yakni Hamsik-Sestak-Weiss. Sedangkan New Zealand mencoba bermain menyerang juga dengan mengusung formasi 4-3-3, dengan satu penyerang tunggal. Namun, taktik ini kurang berhasil karena matinya ketiga pemain tengah, serta dua winger New Zealand ini.
Robert Vittek, menjadi Man Of The Match berkat gol pentingnya pada menit ke-50 lewat serangan yang terorganisir dari sisi kanan. Meskipun telah unggul, New Zealand tetap berjuang melakukan serangan berupa serangan balik, namun selalu dapat dipatahkan oleh lini tengah Slovakia. Namun, New Zealand berhasil membalas gol lewat bek New Zealand, Winston Reid pada menit-menit terakhir babak kedua. Gol ini mencerminkan kurang kosentrasinya pertahanan Slovakia, khususnya Martin Skrtel (Liverpool) dalam menjaga pertahanan di menit-menit akhir. Kelelahan karena cuaca yang cukup terik mungkin menjadi faktor penyebab hilangnya kosentrasi para pemain. Secara umum, serangan Slovakia lebih terbuka dibandingkan New Zealand yang lebih cenderung bertahan dan sesekali melancarkan serangan balik. Penguasaan bola pun menjadi milik Slovakia, berkat hidupnya lini tengah Slovakia dan efektifnya lini tengah Slovakia ini dalam mematikan pergerakan tiga pemain tengah New Zealand; Lochhead, Elliot dan Bertos. Ditambah posisi Smeltz yang berjuang sendirian sebagai striker tunggal. Umpan dari Fallon dan Killen pun sangat minim.
Kedua tim baiknya melakukan pembenahan dari hasil pertandingan kemarin malam. Paraguay hendaknya mencoba untuk lebih menciptakan kerjasama yang lebih solid di lini tengah dan kedua winger-nya. Posisi winger yang agak melebar membuat beberapa passing dan gerak dari pemain tengah Paraguay Careces dan Riveros dapat dengan mudah dipatahkan oleh De Rossi dkk. Mengingat pressing yang dilakukan oleh gelandang Italia cukup rajin. Sehingga hal ini membuat suplai bola ke depan menjadi semakin jarang.
Bagi italia, fokus perhatian lebih ditujukan kepada pemulihan beberapa pemain kuncinya, baik itu Gigi Buffon dan Andrea Pirlo yang dikabarkan baru main pada pertandingan ke tiga. Italia sendiri masih bergantung oleh permainan Pirlo yang mampu menciptakan lini tengah yang stabil, mengatur tempo permainan, serta kreativitas dalam umpan-umpan yang akurat, baik dalam bola mati maupun hidup. (Irv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar