Dear Kaselian,
Nomor punggung 10 hingga saat ini adalah nomor keramat yang diberikan pada pemain besar, hebat dan berkonstribusi nyata. Ada Lionel Messi di Argentina, Wayne Rooney di Inggris, Diego Forlan di Uruguay dll. Melalui edisi ke 10 ini, seperti itu jugalah harapan Kasela, yaitu dapat menjadi besar, hebat dan memberikan kontribusi nyata bagi kehausan informasi para pembaca sekalian akan sepakbola, terutama Piala Dunia 2010. Kali ini adalah giliran grup C dan D yang telah memutuskan andalannya untuk berlaga di babak 16 besar. Laga seru nan dramatis menghiasi pertandingan terakhir di masing-masing grup. Seperti apa pertarungannya? Selamat menikmati!
- Redaksi Kasela –
Grup C
Inggris tipis, Amerika Serikat dramatis!
oleh G.A.S
Ya, sesuai dengan judul diatas, Inggris meraih kemenangan tipis 1-0 atas Slovenia dalam pertandingan penentuan grup C. Slovenia sebetulnya hanya membutuhkan hasil imbang untuk dapat lolos ke babak selanjutnya, namun sebuah tembakan jarak dekat Jermain Defoe membobol gawang Samir Handanovic yang bermain untuk Udinese. Turun dengan formasi tradisional 4-4-2, Capello menurunkan Defoe dan Rooney bersamaan, didukung oleh Gerrard di kanan, Milner di kiri, Barry dan Lampard di tengah. Hal yang sama dilakukan oleh Matjaz Kek di Slovenia yang menurunkan formasi serupa dengan Novakovic dan Ljubijankic sebagai ujung tombak, didukung oleh Valter Birsa dan Robert Koren di lini tengah. Bermain dengan memburu kemenangan membuat Inggris tancap gas sejak menit awal, hingga pada menit ke 23’ sebuah umpan silang dari James Milner di sisi kanan mampu diselesaikan oleh tendangan first time jarak dekat Defoe, yang sekaligus membawa Inggris ke babak selanjutnya. Setelah gol tersebut Slovenia balik mengancam gawang David James, namun hingga peluit akhir dibunyikan serangan demi serangan yang dibangun oleh Koren dkk, tidak mampu merubah skor pertandingan.
Kedua tim bermain cukup baik, total 13 tendangan ke gawang dilakukan oleh masing-masing tim, namun Inggris tercatat memiliki jumlah peluang emas yang lebih baik daripada Slovenia, namun ketangguhan Handanovic di bawah mistar gawang pun patut menjadi catatan tersendiri. Keputusan Capello untuk memainkan defoe sejak menit awal adalah sangat tepat, mengingat Rooney sendiri sempat berkali-kali mengancam gawang lawan, namun tidak pernah menemui sasaran. Adalah Defoe yang menjadi pemecah kebuntuan tim Inggris. Sedangkan Slovenia dapat saja menjadi wakil Inggris ke babak 16 besar, seandainya hasil pertandingan AS melawan Aljazair tetap imbang sampai akhir.
Beralih ke Pretoria, AS mengalahkan Aljazair dan berhak maju ke babak 16 besar, berkat sebuah gol yang sangat dramatis dari Landon Donovan di menit ke 91!. Hasil ini sekaligus memasukkan Slovenia ke dalam kotak, dan membuat AS berhak tampil sebagai juara grup karena unggul pada gol memasukkan. Inggris dan AS sebenarnya memiliki poin sama (5 poin) dan selisih gol yang sama (+1), akan tetapi AS mencetak gol lebih banyak (4 gol), sedangkan Inggris hanya dua gol. Oleh karena itu AS berhak mengklaim sebagai juara grup C. Kedua tim tampil menyerang karena sama-sama sangat ingin meraih kemenangan, terbukti AS mencatat 22 tembakan ke gawang, berbanding 19 milik Aljazair.
Pertandingan sepertinya akan berakhir seri dan akan meloloskan Slovenia ke babak selanjutnya, akan tetapi pada menit pertama waktu tambahan, tembakan Clint Dempsey yang sempat dipatahkan oleh Mbolhi, malah mengarah ke Donovan yang tanpa susah payah menceploskannya ke gawang The Desert Foxes. Suasana histeris langsung menghinggapi kubu AS karena gol tersebut, seluruh pemain, termasuk para pemain cadangan berebut memeluk Donovan. AS menjadi juara grup melewati Inggris lewat sebuah gol yang sangat dramatis! Grup C mencatat 9 gol terjadi dimana pencetak gol terbanyak adalah Landon Donovan (2 gol), sedangkan Slovenia menjadi tim dengan pengoleksi kartu terbanyak (9 kartu kuning), dan Aljazair menjadi tim yang belum pernah mencetak gol selama pergelaran Piala Dunia ini.
Meilihat perjalanan Inggris, dengan klaim kepemilikan liga terbaik di dunianya, maka kita tentu akan sedikit mengernyitkan dahi. Apa pasal? Dalam babak kualifikasi grup C, The three lions hanya mampu mencetak dua gol dan kebobolan satu gol. Dengan peragaan permainan menyerang yang dilakukan oleh klub-klub EPL, maka tentu kita akan mengharapkan sebuah permainan yang serupa dari timnas mereka. Kita bisa melihat nama-nama besar seperti Gerrard, Lampard dan Rooney yang merupakan pencetak gol andalan di klubnya masing-masing. Atau mungkin kita bisa langsung membandingkannya dengan juara premiership musim lalu, Chelsea, yang mencetak 103 gol sepanjang musim atau rata-rata 2,71 gol per pertandingan, sementara sang runner up MU mencetak 89 gol dengan rata-rata 2,26 per pertandingan. Atau untuk lebih jelasnya, mari kita lihat daftar pencetak gol para punggawa Inggris di klubnya masing-masing musim lalu, Rooney (26 gol), Lampard (22 gol) dan Defoe (18 gol). Memang data-data diatas tentu tidak mampu begitu saja diterjemahkan kepada timnas Inggris, namun tentu sangat wajar apabila para Hooligans mengharapkan adanya banyak gol melalui skema sepakbola menyerang ‘kick and rush’ yang menjadi ciri khas permainan Inggris. Lalu kemanakah klaim supremasi liga terbaik di dunia tersebut? Seakan-akan semua ini menghilang apabila melihat catatan dari grup C yang hanya memasukkan Defoe dan Gerrard sebagai pencetak dua gol Inggris. Well, tentu saja akan ada yang menyebut nama Fabio Capello, yang notabene orang Italia dan memiliki kultur sepakbola bertahan, sebagai biang dari tumpulnya lini depan Inggris dalam grup C. Atau akan ada yang menunjuk ketatnya persaingan di grup C sebagai minimnya gol yang tercipta. Bagaimana dengan anda para Kaselian? (G.A.S)
Getty Images
Grup D
Tim Panser melesat, Ghana raih runner-up
oleh Irvan Ridwansyah
Dari Soccer city stadium, Johannesburg, Jerman akhirnya memastikan satu tiket ke babak ke-16 besar berkat gol tunggal pemain mudanya yang cemerlang, Mezut Ozil di menit ke-59’ yang juga menjadi Man of the Match. Raihan 6 poin, mengamankan posisi Jerman di puncak klasemen. Ghana, meski kalah 0-1 oleh Jerman, lolos dari lubang jarum berkat kekalahan Serbia dari The Socceroos (Australia) di pertandingan lainnya. Ghana mampu meraih 4 poin dan menjadi sebagi runner-up Grup D. Joachim Loew menerapkan permainan offensive dengan tiga penyerang handalnya, Podolski-Cacau-Muller. Dibantu oleh Schweinsteiger-Khedira sebagai gelandang penyeimbang dan Ozil sebagai playmaker dari serangan Jerman.
Tampil bergitu percaya diri, tim Panser muda ini mendebrak lewat berbagai peluang yang didapat oleh Podolski, Cacau maupun Mezut Ozil yang berhasil lolos dari jebakan Offside namun tendangan masih begitu lemah sehingga dapat dihadang oleh Kingson. Ghana tampil dengan permainan yang begitu hati-hati, mengingat serangan dari Jerman yang terkenal sangat impresif. Minus Klose, yang terkena hukuman akibat kartu merah pada pertandingan melawan Serbia pekan lalu, Jerman memiliki permasalahan pada penyelesaian akhir. Sedangkan lini tengah yang dikomandoi Schweinsteiger sudah memiliki keseimbangan, dan yang patut diawasi adalah pergerakan Ozil di sisi kanan dan tengah lapangan.
Pertandingan ini memang berjalan penuh dengan serangan yang bergantian. Jerman lewat serangan yang lebih terorganisir, sedangkan Ghana melancarkan serangan lewat counter attack-nya. Tampil begitu menyerang membuat pertahanan Jerman agak longgar dan inilah yang dimanfaatkan oleh Gyan dkk untuk melakukan serangan balik. Tapi tidak satu pun gol yang diciptakan Ghana hingga babak usai. Jerman yang mendominasi permainan tampak kewalahan mengahadapi permainan Ghana yang begitu disiplin, ball possession jerman pun tidak terlalu mencolok, 54%-46% untuk jerman. Meskipun tidak ada sosok pemain yang dapat menggantikan Ballack, Jerman ternyata mampu menghasilkan karakter pemain yang baru, seperti Ozil yang mahir sebagai playmaker atau second striker. Lalu, ada Muller, penyerang yang bisa berposisi serba bisa, kanan-kiri-tengah mampu dijalani dengan permainan yang konsisten. Kemudian, Schweinsteiger adalah sosok yang banyak diperbincangkan mampu menggantikan peran Ballack, namun saya melihat permainan Schwein berbeda dengan Ballack. Schwein cenderung sebagai deep playmaker yang menjaga lini tengah tetap seimbang dan creator serangan diserahkan kepada Ozil, sedangkan Ballack merupakan gelandang yang sempurna, di timnas Jerman, ia sanggup bermain di area second striker-playmaker-centre midfielder. Memang, kelebihan Ballack utamanya adalah kepeminpinannya sebagai captain tim Panser.
Di pertandingan lainnya, dari Mbombela Stadium, Nelsprut, wasit Larrionda memimpin pertandingan antara Australia kontra Serbia. Sempat diunggulkan banyak pihak, Serbia malah kebobolan lebih awal lewat dua gol yang disarangkan oleh sundulan Cahill di menit ke-69 serta tendangan Holman dari luar kotak penalti di menit ke-73 memanfaatkan serangan balik. Bermain menyerang dengan lima gelandang dan satu striker target-man, Serbia lemah dalam finishing. Zigic terbukti mempunyai beberapa peluang, begitu juga Krasic yang berhasil lolos dari jebakan offside dan mampu melewati Schwarzer, tendanganannya masih melayang di atas mistar gawang. Australia pun tidak lantas bermain bertahan, pola 4-4-1-1 dengan Cahill sebagai second striker bermain menyerang dan terbuka. Permainan kedua tim yang menyerang, membuat permainan begitu terbuka karena pertahanan yang agak longgar. Vidic pun gagal menutup serangan yang dibangun Holman, hingga akhirnya tendangan kerasnya merobek jala Stojkovic yang pada laga kontra Jerman bermain cemerlang. Serbia hanya mampu membalas gol lewat pemain penggantinya, Pantelic berkat bola muntah dari tendangan Tosic yang kurang sempurna ditangkap oleh Schwarzer. Hasil ini membuat Serbia tidak lolos ke babak berikutnya.
Peta babak 16 besar pun mulai terlihat, kemenangan Jerman atas Ghana dan kemenangan Amerika Serikat atas Aljazair menyebabkan clash of the titans, dimana Jerman akan bertemu dengan Inggris, di sisi lain Ghana akan ditunggu oleh Amerika Serikat. Inilah pertarungan besar pertama yang akan melibatkan dua buah tim dengan sejarah sepakbola yang besar. Siapa yang lebih unggul? Nantikan preview dan reviewnya di Kasela! (Irv)
Getty Images
Tidak ada komentar:
Posting Komentar